Sunday, July 4, 2010

WELL FORMED OUTCOME

Pada Lesson#2 telah dibahas bahwa untuk bisa sesering mungkin tampil excellence dalam setiap kesempatan diperlukan pola pikir dengan 4 pilar, salah satunya adalah Outcome atau tujuan atau niat. Sekarang akan kita bahas bagaimana membuat outcome yang baik dan bermanfaat buat sukses kita, yang di NLP sering disebut well formed outcome.

Sejujurnya penjelasan tentang hal ini lebih banyak saya ambil dari bahan "Unleash The Power Within", Singapore, Anthony Robin(2009). Karena di kelas practitioner maupun Master NFNLP tidak dibahas terlalu dalam.

OK, Outcome disebut wellformed atau bagus kalau outcome itu Specific (tertentu, jelas), Measurable (bisa dihitung), Achievable (bisa dicapai), Reasonable (ada alasan megapa harus dicapai), Time bound (berbatas waktu) disingkat SMART.

SPECIFIC
Membuat tujuan hendaknya spesifik atau tertentu tidak terlalu luas, jelas dan tidak kabur. Tujuan yang terlalu luas misalnya:

"Saya ingin menjadi orang pandai".

Tujuan seperti ini sangat luas dan tidak jelas. Pandai itu bisa apa, ahli ilmu apa? Menjadi dokter atau insinyur, dosen, guru, ahli komputer, ustadh, kyai, syekh? Semua itu pandai. Pandai main catur atau main sulap, main batminton, atau pandai menyanyi....? itu semua juga pandai. Tujuan seperti itu tidak spesifik.

Contoh lain: "Saya ingin kaya".

Ini juga tidak spesifik, kayanya seperti apa? penghasilan berapa, punya tabungan berapa, punya fasilitas apa saja, berapa investasinya, dst.

Menetapkan sebuah tujuan memberi dampak yang luar biasa terhadap status otak kita. Menetapkan tujuan pada dasarnya adalah membuat sebuah perintah di otak. Jika perintahnya spesifik maka otak mudah mendefinisikannya. Sebaliknya kalau perintahnya tidak spesifik otak bingung. Contoh:

Jika anda ingin bangun pagi niatkanlah dan katakan pada diri anda, "bismillah aku mau bangun jam 4 pagi", insya Allah anda bisa bangun tepat jam 4 pagi tanpa alarm jam beker. Tapi kalau anda mengatakan "aku mau bangun pagi" saja, yang terjadi mungkin anda bangun jam 7 pagi atau malah terlalu pagi, msalnya jam 3. Karena perintahnya tidak jelas otak jadi bigung, jam 3 pagi, jam 5 juga pagi, tidak spesifik.

Itu contoh bagaimana menetapkan tujuan untuk hal-hal kecil. Hal ini berlaku juga untuk hal-hal yang lebih besar dan serius. Kalau anda ingin kaya, buatlah lebih spesifik, kaya itu apa.... misalnya kaya adalah uang, punya rumah besar, punya mobil bagus. Jadi anda perlu menyebut secara spesifik "Aku ingin memiliki uang banyak punya rumah bagus dan punya mobil". Otak seperti rudal, sekali perintah dan tujuan ditetapkan ia secara kreatif terus menerus mencari solusi-solusi untuk mecapai tujuan.

Contoh tujuan-tujuan yang spesifik:
- Aku ingin menjadi dokter bedah syaraf
- Aku harus hafal alquran
- Aku harus menghafal hadith
- Aku ingin menjadi insinyur pertanian
- Aku ingin menjadi pembicara bidang bisnis
- Aku ingin menikah dengan gadis kota
- dll.
Dan contoh-contoh tujuan di atas masih bisa dibuat lebih spesifik lagi.

Memang, menetapkan tujuan yang spesifik berarti mempersempit alternatif pilihan. Akan tetapi dengan tujuan yang spesifik dampaknya sangat luar biasa, yaitu anda bisa fokus pada titik tertentu, tidak bingung dan bimbang. Dan ini akan mengarahkan seluruh potensi dan energi anda untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga kemungkinan tercapai tujan jauh lebih besar.

MEASURABLE
Disamping spesifik tujuan juga harus measurable atau bisa dihitung atau diukur. "Aku ingin bangun pagi" itu tidak terukur, pagi jam berapa. "Aku ingin uang banyak" juga tidak terukur banyaknya berapa juta satu milyar? Mari kita sempurnakan tujuan2 yang sudah dicontohkan di atas menjadi lebih terukur.

- "Aku ingin menjadi dokter bedah syaraf", cukup terukur karena sebelum menjadi dokter bedah syaraf anda harus kuliah kedokteran, lalu ambil spesialis
- "Aku harus hafal alQuran", cukup terukur karena asumsinya 30 juz, namun bisa lebih spesifik ditambah 10 juz atau 20 juz atau 30 juz.
- "Aku harus menghafal Hadith", tidak terukur, hadith dari kitab apa, berapa hadith yang akan anda hafal, karena hadith yang ditulis para perowi jumlahnya puluhan ribu.
- "Aku ingin menjadi insinyur pertanian", cukup terukur, karena sebelum menjadi Insinyur pertanian nda harus kuliah dulu selama 4 atau 5 tahun.
- "Aku ingin menjadi pembicara bidang bisnis", cukup terukur, namun lebih sesifik ukurannya bisa anda tambahkan "pembicara tingkat propinsi, nasional, atau internasional"

Mengapa harus terukur, agar mudah dipantau apakah usaha2 anda sudah mengarah pada tujuan. Supaya anda tahu apakah cita2 anda sudah berhasil atau belum.

ACHIEVABLE

Achievable atau yakin bisa dicapai.

Membuat tujuan hendaknya jangan yang terlalu mudah dicapai, tetapi yang menantang agar menimbulkan antusiasme. Tujuan yang terlalu mudah dicapai disamping tidak menmbulkan semangat dan tantangan juga tidak banyak merubah hidup anda.

Namun membuat tujuan hendaknya juga tidak terlalu tinggi, yang anda yakin pasti tidak bisa dicapai. Kalau anda sudah benar2 tahu tujuan yang anda buat tidak mungkin bisa dicapai, maka anda tidak akan punya usaha yang maksimal untuk mencapainya, karena anda akan merasa hanya buang-buang waktu dan tenaga untuk dikerahkan pada sesuatu yang tidak mungkin tercapai.

Misalnya, ada seorang tukang beca penghailannya Rp. 25.000,- per hari. Karena habis dinasehati oleh seseorang bahwa hidup harus punya target, dan target haruslah yang menantang. Maka dengan penuh harap ia kemudian membuat outcome dengan target yang sangat menantang.

"Dalam satu tahun aku harus punya supermarket sebesar Indomaret, dan setelah itu aku tiak perlu narik beca lagi, ooh.... betapa bahagianya. Maka mulai saat ini aku harus kerja keras....".

Pada hari-hari pertama ia sangat bersemangat, ia bekerja sangat giat dan keras dari subuh hingga larut malam agar dalam setahun bisa mengumpulkan tabungan untuk membuat supermarket. Penghasilan yang biasanya hanya Rp. 25.000,- per hari kini meningkat drastis menjadi 3x lipat, Rp. 75.000,- per hari. Rp. 25.000,- diserahkan istrinya dan sisanya ditabung. Usaha keras itu berjalan beberapa minggu , hingga suatu hari ia menghitung tabungannya

" Satu... dua.. tiga... wah sudah genap satu bulan.
Coba saya hitung tabunganku, seratus... duaratus... satu juta... satu juta setengah....."
Kemudian ia berhitung kalau satu bulan bisa menabung satu juta setengah, maka untuk membuat supermarket sebesar Indomaret dengan investasi kira2 Rp. 800 juta butuh waktu 533 bulan atau 44 tahun.

" Haahhh..... selama 44 tahun aku harus kerja dari subuh hingga jam 10 malam, kapan saya bisa menikmati bahagia tanpa narik beca, lagi pula 44 tahun kerja sekeras ini, mana kuat....?", ia bergumam dan mulai ragu akan cita-citanya. Hari-hari selanjutnya ia menjadi makin lemah semangat, karena dipikirnya ia tidak mungkin kuat menjaladi kehidupan sekeras itu selama 44 tahun terus menerus. Makin hari semakin lemah semangatnya dan akhirnya ia berpenghasilan Rp. 25.000,- per hari kembali, seperti sedia kala.

Itulah yang terjadi kalau membuat outcome tidak achievable atau jauh diluar jangkauan. Otak kita sendiri menjadi tidak yakin dan kita menjadi eman-eman mengerahkan seluruh potensi untuk sesuatu yang tidak bisa dicapai.

REASONABLE

Membuat Outcome hendaknya mengandung reason atau ALASAN YANG KUAT, yang mendasari mengapa outcome itu harus dicapai. Jika tidak, maka anda tidak memiliki komitmen untuk mencapainya, tercapai syukur tidak juga tidak apa-apa.

Tulislah setidaknya 10 alasan yang sangat emosional, anda bisa membayangkan betapa anda bahagia ketika outcome itu tercapai, anda di mana dan bersama siapa saja, bayangkan dengan detail dan penuh emosi. Tulis juga minimal 10 alasan yang sangat menyedihkan jika gagal mencapai outcome itu. Bayangkan dengan emosionil dan detail.

Anda akan memiliki tekat sekuat baja jika anda benar-benar menyadari bahwa betapa bahagia jika tercapai dan betapa sengsara jika gagal. Anda pasti akan mengerahkan segala kekuatan dan cara untuk mencapainya. Suka dan duka pasti harus dijalani karena, anda pasti tidak mau lebih sengsara lagi jika outcome tidak tercapai.

Jadi kunci untuk menemukan KOMITMEN adalah temukan alasan yang sangat membahagiakan jika tercapai dan alasan yang begitu menyengsarakan jika gagal.

TIME BOUND

Terakhir untuk pembahasan well formed Outcome adalah, bahwa outcome hendaknya diikat atau dibatasi dengan waktu atau time bound.

Bayangkan jika anda punya outcome "Aku mau menikah dengan puteranya saudagar kaya itu" , Anda datang ke rumah orang tuanya dan kemudian anda sampaikan maksud anda. Pak aku segera menikahi anak Bapak, saya sudah siapkan segala persiapan dan biayanya. Tetapi anda tidak mengatakan kapan waktunya, bagaimana kira-kira, apakah anda bisa dipercaya serius akan menikahi anaknya?

Bahkan ketika anda ditanya "Kapan nak waktunya?",

anda hanya menjawab "Ya.... pokoknya segera pak..., Bapak jangan tanya waktunya kapan, yang penting sudah saya siapkan bentuk acaranya, biaya juga sudah siap"

Calon mertua anda mungkin marah, bahkan mungkin mengira anda hanyalah seorang pembual. Begitulah, sebuah outcome haruslah ditetapkan waktunya. Agar otak kita punya batasan, dan mencari solusi-solusi yang tepat untuk mencapai outcome dalam waktu yang telah ditentukan.

Contoh:
Mari sekarang kita latihan membuat outcome yang "well formed".

1. Persiapkan kertas manila dan sepidol untuk menuliskan outcome yang anda pilih. Sekarang cari tempat yang nyaman, dan duduklah dengan santai, sesantai mungkin yang anda bisa lakukan. Boleh duduk atau berbaring jika anda mau.

2. OK, mulai.... mulailah dengan berdoa atau minimal baca basmalah, untuk minta izin kepada pemilik hidup anda.
Sekarang tarik nafas dalam-dalam..., tahan..., dan hembuskan....
Ya, kemudian ulangi hingga 3x....

3. Carilah cita-cita anda akhir2 ini yang paling anda inginkan, paling anda idam-idamkan dan harus berhasil dalam SETAHUN ini........ (time= setahun).

4. OK, kalau sudah ketemu mari, bayangkan sebuah peristiwa yang sangat membahagiakan ketika outcome anda berhasil dicapai. Ya.... bayangkan sekarang juga. Bayangkan anda sudah mencapai cita-cita anda itu dan lihatlah..... lihat anda pada situasi yang sangat membahagiakan itu, lihat sekeliling anda, penuh warna. Lihatlah mereka orang-orang yang ikut berbahagia ketika anda berhasil, dengarkan kata-kata ungkapan bahagia mereka..... lihatlah mereka tersenyum...., rasakan kebahagiaan anda.. rasakan...
Itu adalah peristiwa yang sangaaat membahagiakan......
Rekam dalam benak anda, ingatlah dengan kuat peristiwa yang mebahagiakan itu......
ANDA HARUS MECAPAINYA....
Sekarang tarik nafas dalam-dalam dan ucapkan alhamdulillah..... kapanpun anda siap silahkan buka mata.... dan istirahatlah....

Ini adalah cara kita mengenalkan kepada diri kita bahwa, insya Alla ada sebuah kemuliaan dan kebahagiaaan jika cita-cita itu berhasil.

5. Tulislah pengalaman anda dalam hasil visualisasi (membayangkan ketika cita-cita berhasil).

6. Sekarang kita lanjutkan visualisasi lagi untuk membayangkan betapa sedih dan sengsara ketika cita-cita itu gagal.

Sekarang ambil sikap sesantai mungkin, anda boleh duduk atau berbaring.
Mulai dengan basmalah, sekarang bayangkan sebuah peristiwa sangat menyedihkan ketika outcome anda gagal dicapai.
Ya.... bayangkan sekarang juga.
Bayangkan anda sudah sampai waktunya setahun dari sekarang dan anda belum mencapai cita-cita anda itu.
Lihatlah..... lihat anda pada situasi yang sangat menyedihkan itu, lihat sekeliling anda, suasananya suram.
Lihatlah mereka orang-orang yang ikut bersedih ketika anda gagal, lihatlah wajah sedih mereka atau bahkan kecewa.... dengarkan kata-kata ungkapan kekecewaan mereka.....ingatlah itu,
Itu adalah peristiwa yang saangat menyengsarakan anda...... maka anda harus hindari kejadian itu dengan cara anda harus berhasil.
Sekarang perhatikan... perstiwa itu semakin nampak di depan mata anda, semakin jelas, suara kekecewaan mereka semakin nyaring, dan kesedihan anda semakin terasa menyesakkan nafas...
Maka anda harus punya KOMITMEN untuk bekerja keras dan cerdas untuk bisa mencapaiya agar terhindar dari peristiwa menyedihka itu.
Sekarang katakan: "Na'udhu billah... Yaa Rabb, hindarkanlah aku dari kegagalan itu....."

Lalu katakan "
"AKU HARUS BERHASIL...."
"AKU HARUS BERHASIL...."
"AKU HARUS BERHASIL...."

Dan anda tetapkan sekarang bahwa anda punya komitmen untuk mencapainya, ya.... KOMITMEN....
Sekarang ucapkan :
"AKU HARUS PUNYA KOMITMEN"
"AKU HARUS PUNYA KOMITMEN"
"AKU HARUS PUNYA KOMITMEN"

Sekarang ambil nafas dalam-dalam..... hembuskan..... dan katakan na'udhu billahi min dzaalik....
Kapanpun anda siap silahkan membuka mata.... dan istirahatah.

Ini adalah cara mengenalkan kepada diri kita bahwa, ada sebuah kemungkinan kejadian yang buruk jika cita-cita itu gagal dicapai.

7. Sekarang tuliskan Outcome anda dalam format berikut:

Saya nama ...........
Dalam setahun ini harus bisa mencapai ................. pada tanggal ................. atau lebih cepat dari itu.
Saya yakin ini berhasil dan harus berasil, karena
Jika berhasil saya akan merasa sangat bahagia,
- .......
- ......
- ......

Dan jika gagal, saya akan sangat sedih dan merasa takberguna
- ......
- .....
- .....

Sekedar Contoh :

Saya nama Jumala
Dalam setahun ini harus bisa Umroh bersama istri dan anak2 pada bulan mei 2011 atau lebih cepat dari itu.
Saya yakin ini berhasil dan harus berhasil, karena
Jika berhasil:
- Aku akan sangat bahagia karena itu memang sudah kuidam-idamkan umroh bersama sekeluarga
- Aku bisa menikmati betapa bahagia di tanah suci dengan istri dan anak2ku
- Aku bisa memberi investasi pengalaman pada anak2 saya tentang Makkah dan dan Madinah
- dll

Tetapi jika gagal:
- Saya membuat mereka sangat kecewa, karena saya sudah berjanji pada mereka, dan mereka sudah berharap.
- Saya tidak bisa membayangkan wajah2 kecewa mereka, saya tidak tega melihat mereka kecewa
- Jangan sampai keduluan aku mati sebelum mengantarkan anak2u berpengalaman di tanah suci
- dll.

Pada contoh tesebut sudah mengandung unsur SMART
Specific (jelas)= Umroh bersama istri dan anak2,
Measurable (bisa dihitung/diukur)= Menyediakan biaya umroh kira2 20jt x 6= 120jt,
Achievable (Yakin bisa dicapai)= Dengan upaya ini dan itu, perjuangan ini dan itu saya yakin bisa, Reasonable (Ada alasan)= Bahagianya kalau berhasil dan sedihnya kalau gagal juga sudah saya tuliskan,
Time bound (Berbatas waktu)= Mei 2011

Well formed Outcome ini tidak hanya ntuk membuat Goal-goal pribadi saja tetapi dalam dunia profeional dan enterprise juga biasa.

OK selamat membuat well formed outcome anda.

NLP COMMUNICATION MODEL

Setelah kita membahas tentang apa itu NLP, bagaimana kita menjadi excellence dalam setiap kesempatan dengan berpola pikir 4 pilar NLP, sekarang kita akan membahas bagaimana informasi dari sekitar kita membentuk keyakinan dan persepsi. Mengapa ini penting, karena persepsi dan keyakinan inilah yang akan menjadi dasar pertimbangan setiap kita mengambil keputusan. Jadi ia merupakan penasehat dari manusia. Keyakinan membentuk akhlaq manusia.

Informasi-informasi yang anda dengar setiap hari dari kecil hingga dewasa membentuk persepsi dan keyakinan anda. Otak kita berisi informasi-informasi yang kita kumpulkan sejak kita masih ada di dalam kandungan, masa kanak-kanak hingga hari ini, dan itulah yang membentuk diri kita. Kalau informasi yang masuk bagus, kita akan memiliki akhlaq dan pribadi yang bagus, dan sebaliknya.

Jika ada seorang anak mengucapkan kata2 kotor, patut diduga ia bergaul dengan orang yang sering memberi contoh kata-kata kotor. Demikian juga orang dewasa. Kalau ada orang dewasa sering mengucapkan kata2 kotor disebabkan karena di benaknya memang yang tersedia adalah kosa kata kotor. Atau setidaknya kosa kata kotor diletakkan di atas dalam tumpukan memori kosa-katanya. Berikut ini akan didiskusikan bagaimana proses pengisian kosa kata tersebut yang disebut sebagai "Communication Model".



Model komunikasi ini dijelaskan oleh Tad James, M.S., Ph.D. Menurut Tad James, pada awalnya Neuro Linguistic Programming (NLP) dikenal sebagai sebuah model tentang bagaimana kita berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan orang lain yang dikembagkan oleh Richard Bandler and John Grinder.

Model ini menjelaskan bagaimana kita memproses informasi dari luar masuk dalam diri kita. Keyakinan bahwa "The map is not the territory" atau persepi bukanlah kenyataan yang sesungguhnya dan juga rekaman internal yang kita buat tentang kejadan diluar bukanah kejadian itu sendiri, itu hanyalah persepsi yang belum tentu sama dengan kenyataannya.

Begini, yang terjadi adalah bahwa ketika ada kejadian yang kita alami atau kita lihat, kita menangkap dengan panca indera dan kita memutarnya kembali di benak kita dengan menggunakan proses internal. Kita membuat apa yang disebut Realitas Internal (RI) dari kejadian itu. Kejadian yang kita alami atau kita lihat itu disebut Realitas External (RE).

RE masuk ke dalam benak melalui panca indera V.A.K.O.G. yaitu:
- Visual (penglihatan), pemandangan yang kita lihat atau cara orang memandang kita;
- Auditory (pendengaran), suara, kata-kata yang kita dengar, dan bagaimana orang2 mengucapkan kata2 tersebut pada kita.
- Kinesthetic (Perasa, peraba), perasa luar seperti sentuhan, tekstur, tekanan, dsb.
- Olfactory (Pembau), dan
- Gustatory (Pengecap).

RE itu setelah melalui panca indera kemudian disaring oleh FILTER dengan proses DELETION, DISTORTION, dan GENERALIZATION.

Deletion (Penghapusan):
Deletion bekerja ketika kita secara selektif memperhatikan bagian tertentu dari kejadian yang kita lihat dan kita abaikan lainya. Tanpa deletion kta akan kebajiran informasi yang mungkin tidak terlau beguna bagi diri kita.

Normalnya, otak sadar hanya bisa menangani 7 (plus minus 2) item informasi pada saat yang sama. Tentu saja banyak orang tidak bisa menangani sebanyak itu, dan saya tahu banyak orang yang hanya "1 (plus minus 2)". Bagaimana dengan anda, cobalah berikut ini:

Bisakah anda menyebut lebih dari 7 untuk sebuah katagori produk, misalnya rokok? kebanyakan orang bisa menyebut dengan lancar hanya 2 atau 3 karena memang bukan pada minatnya, dan tidak lebih dari 9 untuk bidang minatnya.

Itulah bukti fenomena 'deletion' , kalau tidak dilakukan deletion setiap orang akan bisa menyebutkan sama besar, misalnya 9, baik pada bidang minatnya maupun tidak. Dan ini pemborosan memori, kita akan kabanjiran informasi, meskipun untuk hal-hal yang tidak kita minati.

Kenyataannya, anda mungkin pernah dengar bahwa para psikolog mengatakan bahwa jika kita secara bersamaan memperhatikan semua dari informasi yang masuk, kita bisa gila, itu sebabnya kita secara alamiah harus memfilter informasi, hanya yang dibutuhkan saja yang boleh masuk.

Distortion (perubahan):
Distortion bekerja ketika kejadian yang kita alami kita rekam sebagai sesuatu yang berbeda, biasanya secara tidak sengaja. Contoh Suatu ketika anda berjalan-jalan dan tiba-tiba terkejut melihat ular hingga anda berteriak ULAR..... Setelah anda perhatikan ternyata hanya seonggok slang/pipa air.

Generalization (pukul rata):
Kita sering malakukan kesimpulan global, semua dianggap sama gara-gara satu atau dua peristiwa. Sisi baiknya generalisasi adalah menghemat waktu bagi kita untuk belajar dan membuat batasan untuk kebutuhan yang lebih luas setelah mengalami bebrapa kali kejadian..

Sekarang misalnya, ketika ada dua orang mengalami situasi yang sama, mengapa mereka tidak meresponse dengan cara yang persis sama? Jawabnya adalah, karena mereka melakukan delete (penghapusan), distort (pengubahan) dan generalize (penyama-rataan) dengan cara yang berbeda, sehingga informasi yang masuk berbeda pula, dan mereka merespons sesuai dengan kenyataan internal yang masuk dalam benaknya.

Penyaringan informasi dilakukan oleh 5 jenis filter yang kita miliki, yaitu: Meta Programs, belief systems, values, decisions, dan memori.

Meta-Programs.

Filter pertama adalah Meta Programs, yaitu kecenderungan atau kebiasaan dalam menyikapi suatu kejadian. Jika anda mengetahui meta program sesorang anda bisa menebak emosi seseorang dan juga respons-nya ketika menanggapi sebuah kejadian atau persoalan. Satu hal yang kudu diketahui adalah, meta program bukan perosalan baik atau buruk bagi orang yang memilikinya, ia hanyalah cara bagaimana menangani informasi atau kejadian.
.
Value
Filter berikutnya adalah Value, yaitu nilai-nilai yang baik yang dimiliki seseorang dari masa lalunya. Value disusun sedemikian rupa bertumpuk dari yang terpenting di atas dan yang kurang penting di taruh di bawah. Dengan demikian nilai2 yang paling penting selalu menjadi pertimbangan utama. Value-lah yang menggerakkan kita mengejar yang kita pandang nikmat, atau mulia dan menjauhi kesengsaraan atau hina. Value-lah yang menggerakkan kita tertarik atau menolak sesuatu. Value tersimpan jauh di dalam lubuk hati kita, dan sering tidak kita sadari (di dalam unconscious belief system) tapai sangat efektif menjaga kita untuk hal yang kita anggap baik dan menghindarkan kira dari hal yang kita buruk.

Beliefs:
Beliefs adalah keyakinan yang tertanam dalam hati. Beliefs merupakan generalisasi atau kesimpulan tentang bagaimana anda memandang dunia. Persepsi adalah juga belief, seseorang bisa memandang bahwa dunia ini keras, sementara orang lain memandang dunia ini indah. itulah persepsi atau belief.

Beliefs adalah sebuah tombol-tombol on/off dari apakah kita boleh atau tidak mengerjakan sesuatu. Maka sagat penting untuk megetahui belief seseorang yang bekerja sama dengan kita agar kita tahu batas-batas mana yang bole dikakan dan yang tidak.

Salah satu cara untuk MEMODEL (mencontoh perilaku untuk memperoleh hasil yang mirip) yang paling efektif adalah dengan mengetahui belief dari yang kita model.

Memories:
Elemen filter yang ke empat adalah memori yaitu kumpulan kenangan2 masa lalu, data2 atau informasi2 yang disimpan dari peristiwa2 masa lalu.

Decisions (Keputusan):
Elemen ke lima dan masih terkait dengan memori adalah Decisions atau keputusan2 yang kita buat pada masa lalu. Keputusan2 bisa menghasilkan keyakinan atau hanya berdampak pada persepsi saat itu saja. Sumber pertimbangan untuk pengambilan keputusan adalah belief atau persepsi, value atau nilai-nilai dan memori-memori yang sudah kita miliki di masa lalu. Keputusan yang diambil tergantung ketersediaan informasi dan nilai-nilai dan keyakinan yang kita miliki.

Pada dasarnya setiap orang mengambil keputusan terbaik berdasarkan pilihan-pilihan yang tersedia. Sekalipun keputusan itu tampak buruk di mata kita namun itulah pilihan terbaik yang dimilikinya, kejadiannya hampir selalu demikian. Filter keputusan inilah yang menetapkan bentuk Realitas Internal atau gambaran dalam benak dari kejadian yang kita alami atau kita lihat.

Pada dasarnya setiap orang mengambil keputusan terbaik berdasarkan pilihan-pilihan yang tersedia. Sekalipun keputusan itu tampak buruk di mata kita namun itulah pilihan terbaik yang dimilikinya, kejadiannya hampir selalu demikian.

Filter decisions (keputusan) inilah yang menetapkan bentuk Realitas Internal atau gambaran dalam benak dari kejadian yang kita alami atau kita lihat. Decisions ini disamping untuk pembentuk persepsi, penenetapan sikap dan tindakan pada saat merespons kejadian, juga bisa menghasilkan keyakinan baru atau mempertebal keyakinan lama.

Baik, kita kembali pada bagaimana kita mengolah informasi atau kejadian yang kita alami melalui panca indera yang disebut sebagai realitas external (RE) hingga menjadi sebuah bentuk yang ada dalam benak yang disebut Realitas Internal (RI).

RE masuk melalui paca indera (Visual, Auditory, Kinestetc, Ofacory, Gutatory), kemuian disaring oleh filter (Meta Programs, Values, Memories, Beliefs, Descisions). Filter itu melakukan deletion, distortion, dan generalization (penghapusan, pengubahan dan penyamarataan/kesimpulan). Hasilnya adalah RI yang sudah di-delete sebagian, dirubah sebagian, dan disimpulkan.

Berarti RI sudah tidak asli dong...... Memang.

Maka persepsi (RI) bukanlah kenyataan yang sesungguhnya. RI yang baru terbenuk itu kemudian memunculkan sebuah emosi tertentu (bahagia, sedih, benci, cinta, marah, senyum, dll). Dan emosi tersebut menggerakkan badan (fisiologi) kita untuk mengambil tindakan. Itu sebabnya Pola emosi kemudian membentuk pola tindakan (perilaku).

SISTEM REPRESENTASI

Setiap kejadian yang dialami seseorang disimpan dalam bentuk Visual (gambar), Auditory (Suara) dan Kynesthetic (Rasa). Jadi seperti film video, ada gambar yang bergerak juga ada suaranya dan ditambah rasa yaitu panas dingin, halus, kasar, lembut, tajam, tumpul, dst. Ini disebut sebagai sistem representasi, karena ia memang menjadi representasi dari alam luar. Dan satu lagi, yaitu ditambah makna (value) dan emosi. Ingat bahwa setap keadian masuk dan kita rekam setelah melalui filter, di dalam filter itu ada proses pemaknaan dan penambahan emosi, baru kemudian di simpan.

Ketika di masa mendatang, video memori itu diputar lagi maka semua komponen memori akan muncul yaitu gambarnya kelihatan, suaranya terngiang-ngiang, dan suasananya terasa lagi apakah panas atau sejuk. Serta muncul juga emosinya, kalau itu memori bahagia, maka perasaan bahagia juga timbul lagi.

Setiap orang memiliki ketajaman indera yang berbeda-beda, ada yang ketajamannya Visual melebihi Auditori dan kinestetiknya, ada juga yang Auditorinya atau Kinestetiknya lebih tajam. Ketajaman ini bisa karena kebiasaan, atau karena kebutuhan. Seorang musicus memerlukan ketajaman auditori lebih dari pada indera lainnya. Seorang pelukis mungkin membutuhkan ketajaman Visual lebih banyak, dan sebagainya.

Ketajaman indera ini sangat mempengaruhi jumlah informasi yang masuk ke dalam memori otak. Seorang yang Visualnya tajam menyimpan bebagai kejadian yang dialaminya dalam porsi gambar lebih banyak. Misalnya ketika ia pergi ke pantai di kaki gunung yang sangat menakjubkannya, ia akan merekam lebih banyak pemandangan, hijau pepohonan dan birunya air laut sangat mengesankan baginya, semua terekam dengan detail, akan tetapi suara ombak tidak begitu berarti. Bagi orang yang tajam Auditori, deburan ombak menjadi perhatiannya. Ia lukiskan indahnya pantai itu dengan kalimat,

"Tidak pernah kudengar seumur hidupku musik seindah deburan ombak yang berpadu dengan tiupan angin membuai pepohonan di kaki bukit. Bahkan lebih indah dari genderang timpani yang berpadu dengan gesekan biola Wolfgang Amadeuz Mozart".

Begitulah dua orang yang berbeda ketajaman inderanya menyebabkan preferensinya berbeda, satu melukisakan dengan gambar sedang lainnya melukiskan dengan suara, untuk obyek yang sama.

NLP PRESUPPOSITION

Presupposition adalah sesuatu yang sudah dimaklumi bersama, misalnya:
"Rudi, kamu mau makan lagi?"
Kalimat di atas mempunyai presuposisi: Rudi sudah pernah makan, setidaknya sekali.

"Maya, sekarang tidak lagi aktif menulis"
Kalimat di atas mempunyai presuposisi: Maya pernah aktif menulis.
Nah, jelaslah kiranya apa yang dimaksud dengan presuposisi. NLP juga mempunyai presuposisi-presuposisi, yaitu statement-statement yang sudah dimaklumi banyak orang. Apakah statement itu pasti benar? belum tentu, namun para ahli psikologi masih terus mengkaji presuposisi-presuposisi itu secara empiris sehingga posisinya terus semakin kuat. Di bawah ini kami sajikan presuposisi NLP yang populer.


1. Kita selalu sedang berkomunikasi.

Dalam keadaan apapun manusia selalu memancarkan signal komunikasi, bukan hanya pada saat berbicara. Seorang boss sedang masuk ruangan dan ada satu anak buahnya yang diam saja dan tidak menyapanya. Sikap diam inipun hakekatnya memancarkan signal komunikasi, mungkin ia tidak mau biacara, atau ia benci, atau ia tidak tahu, dsb.


Bahkan ketika anda sedang tidur ngorokpun sebenarnya sedang memancarkan informasi komunikasi. Misalnya signal itu berbunyi "aku capek sekali sampai ngorok begini".

Maka berhati-hatilah alam bersikap, sikap apapun yang anda akukan bisa dibaca dan dimaknai orang.


2. Makna dari komunikasi adalah response yang Anda peroleh.


Makna dari komuikasi bukanlah apa yang anda katakan kepada orang lain, tetapi adalah apa yang difahami oleh orang lain, dan anda hanya tahu pemahamannya dari respons yang dia berikan kepada anda. Maka jika belum memperoleh respons yang anda inginkan, berarti masih ada information gaps, masih ada yang kudu dijelaskan.

3. Peta Bukanlah kenyataan sebenarnya

Istilah Peta terjemahan dari "Map", dalam NLP Map berarti memori hasil rekaman terhadap berbagai kejadian yang dialami, map juga boleh diartikan sebagai persepsi. Nah persepsi orang adalah hasil rekaman dari sudut pandang terentu. Kejadian yang sama bisa dipersepi berbeda, maka persepsi belum tentu sama dengan kejadian yang sesungguhnya. Jika kita sadari hal ini maka kita akan memahami betapa setiap orang bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap satu permaslahan yang sama. Benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain. Setidaknya kita bisa menjadi lebih bijak menyikapi perbedaan.

4. Manusia merespons “peta”nya, bukan merespons kenyataan yang sebenarnya (Maka kalau persepsinya keliru, ia bertindak keiru). Kita jadi tahu kalau ada orang berbuat keliru, mungkin bagi dia itulah yang benar, dia hanya mengikuti persepsinya.
5. Selalu ada keberagaman dalam suatu sistem, dan yang paling fleksibel-lah biasanya yang pegang kendali.

6. Manusia selalu melakukan pilihan terbaik yang dimilikinya.

Pada dasarnya manusia selalu melakukan yang terbaik dari pilihan2 yang dimilikinya. Seseorang tidak mungkin mencuri kalau ada pilihan yang LEBIH BAIK BAGINYA.Kalau kita menyadari hal ini, jika ada orang yang berbuat keliru menurut kita, kita tidak mudah menuding dan menghakimi, tapi justru kasihan karena mungkin dia tidak punya pilihan yang lebih baik.


7. Setiap perilaku bermanfaat pada konteks (hal) tertentu.


8. Selalu ada maksud baik di dalam setiap perilaku (setidaknya untuk lingkungan terkecilnya atau dirinya sendiri).

9. Pengalaman memiliki struktur. Apapun lebih mudah diselesaikan jika diperinci menjadi bagian-bagian yang kecil.

10. Manusia telah memiliki sebagian besar sumber daya (mental) yang dibutuhkannya.

Menjadi excellence secara mental: berani, percaya diri, bahagia, bersemangat, rendah hati, murah senyum, tidak sombong, sabar, dll. Untuk itu semua di dalam diri manusia sudah tersedia bahan dan peralatannya, tinggal bagaimana kita mengelolanya. Artinya untuk berubah menjadi rendah hati dari sifat sombong kita tidak perlu beli bahan dan alat tambahan dari luar.

11. Tidak ada kegagalan, hanya umpan balik (respons).

Jika apa yang Anda lakukan belum memperoleh hasil seperti yang diharapkan, lakukan dengan cara yang lain. Pegang teguhlah tujuan dan flexibel-lah dalam cara mencapai tujuan.6.

Pilar NLP.......

Cara berfkir dengan pola NLP hingga sesorang bisa menjadi excellence sesering mungkin dalam setiap sikap, tindakan dan hasil, adalah didukung dengan 4 pilar NLP yaitu:
- Outcome atau tujuan atau niat
- Sensory Awareness atau kepedulian akan pentngnya penginderaan dan pemaknaan.
- Rapport atau keselarasan
- Flexibility atau keluesan.

1. OUTCOME

Outcome atau tujuan sangat penting dalam mendasari setiap aktifitas. Sadar atau tidak setiap orang selalu mendasari setiap aktifitasnya dengan outcome. Misalnya ketika seseorang naik mobil outcomenya adalah ngaji ke Masjid, pergi ke Mall, ke Kantor, ke rumah teman, dll. Kalau anda naik mobil tanpa outcome, mobil tidak bergerak dan anda tidak akan menuju ke mana2. Jika anda berusaha untuk mencari ilmu insya Allah akan mendapatkan ilmu, jika usaha untuk mencari uang insya Allah mendapatkan uang, jika usaha untuk mencari istri, anda dapatkan istri. Ilmu, uang, istri itulah outcome.

Otak seperti rudal, sekali tujuan ditetapkan dan tombol start telah ditekan Rudal akan mengaktifkan RAS (Recticular Active System), suatu sistem otomatis yang akan menggerakkan seluruh sumberdaya dan periferi kepada tujuan yang ingin diraihnya. Demikian juga otak manusia, ketika outcome telah ditetapkan dan usaha telah dijalankan, otak akan mencari solusi2 kreatif untuk membuka jalan menuju tujuan yang ingin di raih.

Sebuah praktek sederhana dapat kita lakukan untuk lebih memahami cara kerja otak berkaitan dengan Outcome.

Excersise#1:
Baca dan hafalkan instruksi di bawah ini, kemudian praktekkan.
1. Kita akan "menemukan 5 buah benda yang berwarna biru"
2. Lihat sekeliling anda
3. Temukan benda2 yang berwarna biru. Iya.... ingat2 benda apa saja2... 1... 2... 3... 4... 5... OK lima cukup, ingat2 benda apa saja tadi.
4. Sekarang tutup mata
5. Baik sekarang, dengan mata tertutup, sebutkan satu per satu benda berwarna biru tersebut, dapatkan?
6. Sekarang, masih dengan mata tertutup, coba sebutkan benda2 yang berwarna cokelat.

Bagaimana, mudah menyebutkan benda2 berwarna biru, tapi begitu sulit menyebutkan benda2 berwarna cokelat. Ya iya laahh....... karena outcome anda adalah "menemukan benda2 berwarna biru". Karena anda telah menetapkan outcome tersebut anda berusaha sedapat mungkin menemukan 5 benda berwarna biru, bahkan ketika ketemu benda hijau kebiruanpun anda paksakan itu adalah juga biru, semua yang mengandung biru anda mungkinkan itu biru

Ahhaa......
Menarik, otak ingin menemukan yang biru, bahkan ketika ketemu yang agak biru anda mengambilnya dan dianggap biru, siapa tahu benar. Demikian juga dalam kehidupan nyata. Ketika anda menetapkan untuk mendaptakan cara untuk meraih suatu cita2 sukses, segala cara ditempuh, siapa tahu cara itu benar. Luar biasa, TETAPKAN OUTCOMENYA dan otak anda akan mencarikan solusi2 kreatifnya.

Outcome juga sering di sebut goal, dan dalam bahasa syari'ah ini disebut niat, motif dibalik setiap tindakan. Kata Rasulullah setiap tindakan musti didasari niat, dan kita memperoleh sesuatu sesuai yang kita niatkan. Ini hadist yang sangat dahsyat, telah diajarkan Rasul 1400 tahun yang lalu, dan sekarang kita melihat bukti kedahsyatannya dalam dunia NLP. Karena begitu dasyatnya nat ini, maka imam syafi'i, imam bukhori, imam nawawi, dan banyak ahli fiqih lain meletakan niat ini di awal kitab-kitabnya. Mereka bahkan menetapkan niat adalah mandatory (rukun) yang harus dilakukan, jika tidak amalannya tidak syah. Allahu a'lam

Well formed Oucome

Masalahnya adalah kebanyakan orang tidak menyadari outcome2 dari aktivitasnya, sehingga hidupnya tidak terarah. Tidak punya keteguhan dan mudah berubah. Outcome haruslah dibuat dengan sebuah kesadaran yang tinggi dan dipegang teguh.

Outcome yang baik, yang disebut well formed outcome hendaknya spesifik, terukur, yakin bisa dicapai, ada alasannya mengapa tujuan itu harus dicapai, dan diikat dengan waktu atau berbatas waktu. Well formed Outcome ini sering disingkat SMART. Specific, Measurable, Achievable, dan Time bounded. Bacaan inspiratif tentang outcome atau goal ini silahkan klik di sini membuat impian ala Anthony Robin, atau bacaan2 lainnya silahkan kunjungi The Power Of Goal.

2. SENSORY AWARENESS

Sensory adalah hal-hal yang terkait dengan penginderaan, mulai dari panca indera itu sendiri, dan hal-hal lain yang terkait dengannnya seprti filter dan pemaknaan dalam proses masuknya informasi ke mental kita. Panca indera yang dimaksud adalah terdiri dari Visual (V) atau penglihatan, Auditory (A) atau pendengaran dan Kinesthetic (K) atau perasa, Olfactory (O) atau penciuman, dan Gustatory (G) atau peraba.Disingkat VAKOG.

Dengan panca indera inilah informasi dunia luar masuk ke dalam sistem mental kita. Baik buruknya isi mental kita tergantung dari baik buruknya informasi yang masuk melalui indera VAKOG kita. Maka penting untuk menjaga indera kita dari masuknya hal2 buruk agar mental kit tetap bersih.

Disamping kita menjaga agar indormasi yang masuk adalah yang baik-baik aja, mental kita juga menyediakan filter. Filter adalah aturan2 dan nilai2 yang ada dalam sisem mental berdasar pengalaman masa lalu. Filter itu yang akan memilih infrmasi mana yang diijinkan masuk dan mana yang ditolak. Setelah melalui filter kemudian informasi itu dimaknai atau diberi arti. Sebuah kejadian yang sama bisa dimaknai berbeda karena kualitas filter mental dan cara pemberian makna yang berbeda. Contoh di bawah ini akan memberikan ilustrasi bahwa dengan pemaknaan yang berbeda akan menghasilkan emosi yang berbeda dan menghasilkan keputusan yng berbeda.

Suatu malam ada dua orang wanita sedang melewati lorong kecil yang sepi di antara dua gedung tinggi di kota metropolitan.Tiba-tiba mereka berdua diperkosa oleh empat orang berandal yang sedang mabuk. Kedua wanita itu kemudian menangis dan berteriak, namun tidak ada artinya karena gang itu memang sangat sepi. Hingga akhirnya keempat laki-laki itu lari setelah puas menggilir kedua wanita malang tersebut. Wanita pertama bernama Luka, perasaannya hancur, ia merasa dunia ini tidak adil, mengapa harus saya, mengapa bukan orang lain saja. Luka merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi, hingga ia kemudian hidup semaunya. Menjadi wanita malam dan ia menjadi sampah masyarakat.

Wanita kedua, bernama Mona, dengan kejadian itu ia merasa dipanggil Tuhan. Ia kemudian belajar beladiri agar tidak terulang kejadian itu lagi. Ia juga belajar pengembangan kepribadian, termasuk belajar bagaimana etika berpakaian untuk lebih mengargai kehormatan wanita dan tidak menggoda lelaki. Ia bahkan kemudian mendirikan training beladiri dan kepribadian untuk wanita, agar kejadian yang menimpanya tidak menimpa wanita lainnya, cukuplah ia yang mengaami hal buruk itu, katanya. Namanya semakin populer di negeri itu, ia menjadi wanita yang sangat mulia, jauh lebih mulia dari sebelum kejadian diperkosa waktu itu.

Kedua orang tersebut dengan pengalaman kejadian yang sama, namun memiliki keputusan yang berbeda karena emosiya berbeda. Emosi yang berbeda disebabkan karena fiternya berbeda dan pemaknaan yang berbeda. Betapa pentingnya menjaga panca indera dan menjaga proses penginderaan ini, maka dalam NLP, kepedulian (awareness) terhadap pengineraan ini dijunjung tinggi, dan masuk dalam salah satu pilar NLP, yaitu sensory awareness.

3. RAPPORT

Rapport adalah keakraban dan kenyamanan keselarasan. Untuk aktifitas apapun agar memperoleh kelancaran dan kemudahan kita perlu introduction dengan lingkungan, pengenalan permasalahan, selaras, dan nyaman. Sehingga proses terus bisa dilakukan secara lancar.

Dalam kasus komunikasi, rapport diartikan sebagai keakraban, penyesuaian, penyelarasan, keberpihakan, persamaan dan kesetaraan. Sehingga tdak ada ganjalan dalam komunikasi. Makin banyak persamaaan rapport makin baik dan makin nyaman. Dalam kondisi seperti ini kedua belah pihak menjadi saling percaya dan komunikasi berjalan mulus dan lancar. Sebaliknya, kondisi belum rapport adalah masih adanya perbedaan ide, beda pakaian, beda level, beda tujuan, dsb. Makin banyak perbedaan makin tidak rapport.

Dalam motivasi diri untuk menghasilkan peak performance, rapport diartikan sebagai selarasnya ide dalam diri sesorang. Kondisi yang masih saling bertentangan di dalam hati membuat potensi tidak bisa keluar secara maksimal, seingga hasilnyapun tidak maksimal. Sebagai contoh, kalau kita sorang sales, kita sendiri tidak yakin apakah produk kita baik atau tidak. Di satu sisi kita harus menjual karena tuntutan profesi, namun di sisi lain, produk yang anda jual menurut hati anda tidak bagitu baik. Pertetangan dalam hati ini yang disebut tidak rapport. Dalam kondisi seperti ini anda tidak akan bisa maksimal meyakinkan kepada konsumen.

4. BEHAVIOR FLEXIBILITY

Keberagaman adalah sebuah keniscayaan, dan biasanya yang paling fleksibellah yang pegang kendali, dialah yang akan jadi pemenang, yang menuai sukses.

NLP mengatakan bahwa gagal sebenarnnya tidak ada, yang ada hanya respons. Jadi kalau belum mendapatkan resons (hasil) seperti yang diinginkan lakukan lagi dengan cara yang berbeda. pegang teguh tujuannya flexibel dalam caranya. Lakukan dengan cara apapun untuk mencapai tujuan selama tidak melanggar syari'ah, dan norma-norma yang berlaku. Be flexy.

Empat hal itulah yang menopang (pilar) pola pikir sukses dengan psikologi NLP: Outcome, Sensory Awareness, dan Flexible.

Sejarah NLP................

Maturtengkyu buat master yg sdh berbagi tentang perjalanan sejarah sebuah ilmu dan bacalah dibawah ini......
Catatan sejarah NLP (Neuro Linguistic Programming) bermula di California pada awal 1972 ketika Richard Bandler, mahasiswa University of Santa Cruz bersepakat dengan John Grinder, profesor bahasa, untuk mempelajari kesempurnaan keterampilan berkomunikasi.

Kesempurnaan ini ditampilkan oleh beberapa orang yang terbukti mampu menyembuhkan klien yang tergolong “orang sulit” (atau bagi kebanyakan orang sudah layak disebut sebagai “mustahil”). Orang-orang yang terbukti mampu dan kemudian dijadikan model adalah:
• Virginia Satir, yang mengembangkan Conjoint Family Therapy.

• Fritz Perls, yang mendirikan aliran Gestalt Psychology.

• Milton H. Erickson, yang mengembangkan Clinical Hypnotherapy.

Bandler dan Grinder menemukan bahwa meskipun ketiga orang itu berbeda gaya dan kepribadian, ternyata ada pola yang sama dalam melakukan komunikasi. Pola itu memungkinkan ketiga orang tersebut mencapai kesempurnaan teknik komunikasi di bidang masing-masing.

Bandler & Grinder lebih jauh mencermati jika benar yang terjadi demikian, tentunya pola yang sama bisa dipakai untuk mencapai kesempurnaan di bidang lain. Hasil penelitian terhadap ketiga orang ini menjadi bahan baku bagi NLP. Selanjutnya Bandler dan Grinder memperkaya NLP dengan menyerap masukan dari:

• Alfred Korzybski, ahli lingustic, tentang mental map.

• Noam Chomsky, ahli linguistic, tentang deep & surface structure.

• Gregory Bateson, ahli antropologi, tentang logical level.

NLP yang dikembangkan oleh 2 orang kini mencakup beberapa aliran, ratusan buku dan ribuan program pelatihan maupun seminar. NLP tidak hanya dipakai untuk keperluan terapetis, melainkan meluas pada berbagai disiplin di berbagai negara di dunia. Aplikasinya beragam mulai dari menghentikan kebiasaan buruk hingga menguasai gerakan senam, mulai dari rekrutmen pramugari sampai pelatihan sniper.
sumber http://portalnlp.com/

NLP

01. Introduction to NLP
02. NLP Pillars
- Outcome
- Sensory Awareness
- Rapport
- Behavioral Flexibility
03. NLP Presupposition
04. NLP Communication Model
05. Well Formed Outcome
06. More about Rapport
07. Framing and Reframing
08. Submodality
09. Strategy
10. Anchor, Anchoring
11. Many NLP Techniques for Personal Excellency
12. Emotion Management
References:

Referensi utama kami adalah materi Training, Seminar, buku, CD, journal dan artikel2 dari oang2 di awah ini:

- Dr. William D. Horton, D. Psy.D, CADC, CI, MH, The Founder of NFNLP USA
- Anthony Robbins, The World No.1 Success Coach, The Developer of Neuro Ascociated Conditioning (NAC)
- Dr. Richard Bandler (Gestalt Therapist) & Prof. John Grinder (Linguistic Professor), Developer of NLP World
- Abdul Aziez, CMT.NLP, The founder of NLP Consult Indonesia, The only Certified Master Trainer of NLP in Indonesia from NFNLP.
- Tung Dessem Waringin, The Indonesia No.1 Success Coach,
- Dr. Ibrahim Elfikri, The Moslem World Class Motivation Trainer.
- Steve Andreas, NLP Co Developer.

Dan diperkaya dengan materi2 dan tulisan dari Pakar-pakar NLP Indonesia

Tuesday, June 29, 2010

Apaan tuh NLP....????

NLP adalah pola yang unik tentang bagaimana manusia belajar, memotivasi diri, dan merubah perilaku untuk mencapai yang terbaik dari usahanya.

NLP singkatan dari Neuro Linuistic Programming. Istilah ini diperkenalkan oleh Alfred Korzybski (July 3, 1879 – March 1, 1950) seorang berkebangsaan Rusia yang terkenal sebagai ahli General Sematic. Salah satu ungkapannya yang sangat inspiratif adalah:

Tuhan mungkin telah memaafkanmu, tapi mengapa hatimu tidak mau memaafkan dirimu sendiri.

NLP adalah paduan yang uniq antara beberapa disiplin ilmu, neurologi, psikologi, linguistik, cybernetics, dan teori-teori tentang system. Komponen kata-kata pembentuk istilah Neuro Lnguistik Programming ini dijelaskan secara science sebagai berikut. Menggunakan istilah Neuro (syaraf) karena semua pengalaman kita baik yang kita sadari maupun tidak (conscious maupun subconscious), adalah masuk dengan melibatkan syaraf indera dan sistem emosi kita. Linguistic atau (tata bahasa) karena proses-proses mental kita adalah juga dibentuk, disusun, dikodekan dan makna-makna dijelmakan melalui bahasa. Programming karena manusia berhubungan satu sama lain adalah dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dibentuk sebelumnya. Kebiasaan-kebiasaan itu kita bentuk menjadi pola-pola (program-program) dalam menghadapi kejadian-kejadian yang masuk dalam hidup kita. Maka Programming bisa diartikan sebagai membentuk pola kebiasaan.

National Federation Of Neuro Linguistic Programming (NFNLP) yang berkantor pusat di Florida USA, institusi yang mensertifikasi saya, menyatakan "We currently use PSYCHOLOGY rather than Programming. We do this because the word Psychology comes from the word "psyche" means spirit and "ology" means study of system."

NFNLP terbiasa menggunakan pendekatan PSYCHOLOGY yang bermakna studi sistem spirit dari pada istilah programming (terkesan mekanik).

Apa Peran NLP

NLP mengajarkan kepada kita cara memodel (mencontoh) atau meg-copy keistimewaan seseorang terkait dengan apa yang membuat orang itu menonjol kemampuannya dan mengambil keistimewannya itu untuk anda atau untuk anda ajarkan pada orang lain. NLP bisa membantu anda menjadi mahir dalam bidang apapun. Apakah itu berarti membuat anda makin bahagia bersama keluarga dan anak2 atau menjadi lebih efektif dalam pekerjaan anda.

Pada bidang apa saja NLP bisa diimplementasikan. NLP sangat berharga bagi orang membutuhkan ketrampilan komunikasi, sangat bermanfaat untuk konsultasi bisnis, manajemen, negosiasi, edukasi, konseling, terapi, hubungan relationship, pola asuh, pembicara publik, olahraga prestasi, dan lain-lain. Misalnya berguna bagi therapist untuk mengurangi bahkan menghilangkan trauma akibat pengalaman buruk masa lalu. Berguna bagi seorang guru yang ingin memperbaiki kualitas komunikasi dalam mengajar, pebisnis atau sales team untuk memperkuat kemampuan rapport (keakraban) non verbal, seorang menajer untuk meningkatkan leadershipnya dan menjalakan meeting-meetingnya lebih efisien, seorang atlit untuk menambah konsentrasi dan motivasi pencapaian rekornya.

Apakah NLP bisa untuk terapi? Dalam terapi NLP tidak hanya memperbaiki orang yang bermasalah menjadi lebih baik atau sembuh akan tetapi NLP juga sangat baik untuk terapi orang yang sudah OK menjadi dahsyat.Jadi penggunaannya sangat luas.

Wednesday, June 2, 2010

SUPERTEACHING

Tips #1: Kuasai Materi Secara Komprehensif
Penguasaan materi sanngat esensial untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik dan menarik. Pasalnya kenapa? Ketika suatu ketika saya diminta berbicara tentang Training Needs Assessment oleh suatu lembaga, jujur saya tidak PeDe, walaupun mengetahui tentang training needs assessment. Tapi ketika saya mengajar mahasiswa tentang pengantar teknologi pendidikan, katakanlah. Kepercayaan diri tinggi, karena memang menguasai betul tentang hal tersebut. Jika kita menguasai secara komprehensif, tentu akan mampu memberikan contoh, analogi, ilustrasi yang beragam dan sesuai dengan konteks serta dapat
menyesuaikan dengan latar belakang audiens.Coba kalau kita tidak benar-benar menguasai, wauah bakal keringet dingin. Betul, gak? Kunci pertama, menguasai materi.

Tips #2: Libatkan Peserta Secara Aktif
Ketika saya diminta untuk menjadi pembicara dalam suatu pelatihan, atau mengajar untuk suatu mata kuliah tertentu, hal pertama yang saya pikirkan adalah "Pengalaman belajar (aktifitas belajar) seperti apa saja yang harus saya siapkan agar peserta terlibat aktif." Memikirkan strategi pembelajaran aktif seperti ini bukan perkara mudah, tapi secara kreatif mutlak kita lakukan atau. Pembelajaran tanpa melibatkan peserta belajar secara aktif, ibarat menabur garam di laut. Bahkan seorang orator ulungpun pada dasarnya telah berusaha mengaktifkan otak audiensya dengan berbagai cara sehingga terpukau (hypnoteaching) . Ada ungkapan mengatakan bahwa, "We can teach fast, but they can forget it much more faster!". Jadi, upayakan jangan selalu terpaku pada ceramah atau mencekoki informasi saja.

Tips #3: Upayakan untuk Melakukan Interaksi Informal dengan Peserta
Kadang-kadang guyon, atau berbincang di sela-sela istirahat atau
sebelum memulai materi sangat penting untuk mencairkan suasana. Dan tidak hanya itu, akan membangkitkan motivasi dan keterlibatan peserta dalam pembelajaran. Jangan sampai, sudah datang terlambat, langsung bicara, "Baik Bapak dan ibu sekalian, sesi ini kita akan ,……………". Basa-basi, kalau perlu dengan guyon terutama diawal-awal memulai pembicaraan biasanya sangat ampuh. Saya biasa menyiapkan "ice breaker" yang lucu sebelum memulai pelatihan atau perkuliahan.

Tips #4: Beri Kesempatan Peserta Kewenangan dan Tanggung Jawab atas Belajarnya
Peserta akan termotivasi jika mereka diberi kewenangan untuk
menentukan sendiri cara belajarnya. Saya, biasanya membangun komitmen atau aturan bersama sebelum memulai pelatihan atau perkuliahan. Dalam membangun komitmen atau aturan bersama ini, dibahas bebagai hal yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan, dimana keputusannya diambil bersama. Misalnya, bentuk tugas akhir mau seperti apa, apakah temanya bebas, atau tertentu dan lain-lain. Atau selama perkuliahan HandPhone harus seperti apa, dan lain-lain. Ternyata teknik seperti ini walaupun tidak ada hukuman, tapi karena disepakati bersama dan menjadi komitmen bersama akan sangat membantu, dengan catatan konsisten dilaksanakan bersama. Tentu saja ini adalah salah satu contoh upaya memberikan kewenangan kendali belajar kepada
mereka.

Tips #5: Yakini Bahwa Manusia Belajar dengan Cara yang Berbeda Satu Sama lain
Dengan demikian, jangan perlakukan semua peserta dengan cara yang sama. Implikasinya adalah laksanakan tips 2 dan 4 di atas.

Tips #6: Yakinkan Peserta Bahwa Mereka Mampu
Mempersepsi sejak awal bahwa semua peserta atau mahasiswa kita adalah mampu, dan meyakinkan bahwa mereka mampu akan meningkatkan efektifitas pembelajaran. Motivasi belajar akan menurun ketika mereka merasa tidak mampu. Oleh karena itu, tips ke 5 di atas bisa diterapkan disini. dalam artian, jangan sampai memberikan kegiatan belajar yang tidak mungkin mampu mereka capai. Harus yakin bahwa tugas yang kita berikan memang bisa dilakukan dan mereka merasa puas dengan hasil yang telah dilakukannya.

Tips #7: Beri Kesempatan kepada Peserta untuk Melakukan sesuatu Secara Kolaboratif atau Kooperatif
Hal tersebut akan meningkatykan motivasi dan kemenarikan pembelajaran karena ada sedikit kompetisi, apalagi kalau mereka diberi kesempatan untuk saling berbagi ide, pengalaman, argumen secara bebas tanpa harus saling menjatuhkan satu sama lain.

Tips #8: Upayakan Materi yang Disampaikan Kontekstual
Guru atau dosen harus pandai pandai mengaitkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan awal audiens atau peserta. Untuk orang dewasa, seperti dalam pelatihan, materi yang tidak relevan atau tidak ada kaitannya dengan kehidupan atau pekerjaan sehari-hari yang ia lakoni maka walaupun harus berbusa-busa kita bicara, tidak akan ada manfaatnya.

Tips #9: Berikan Umpan Balik Segera dan bersifat Deskriptif
Hal ini akan membantu mereka manyadari sudah sejauh mana perkembangan pemehaman atau penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu.

Tips #10: Tingkatkan Jam Terbang
Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan pengalaman. Sembilan tips di atas akan sempurna dengan senjata pamungkas nomor sepuluh ini.

Tips #11 : PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...PRAKTEK...

Thursday, April 29, 2010

SUPERTEACHING II


A. Quantum Teaching

1. Pengertian, Asas dan Tujuan Quantum Teaching

1.Pengertian
Adapun pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby De Porter yaitu:

“Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.”[1]

Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.
Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose juga berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa.[2] Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.

1.A s a s
Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan pemahaman tentang isi dunia itu.

1.Tujuan
Adapun tujuan Quantum Teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Terdapat perbedaan antara tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih. Sedangkan prioritas merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar, dengan memadukan berbagai unsur-unsurnya serta melakukan penggubahan, merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas sebagai tujuan.

1.2. Prinsip dan Model Quantum Teaching
2.Prinsip
Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut:

1) Segalanya berbicara

2) Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.[3]

3) Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat istilah yang memotivasi: “tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.[4]

4) Pengalaman Sebelum Pemberian Nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.

5) Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle c. Nelson bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif.[5]

6) Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan

Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.[6]

1.M o d e l
Adapun model Quantum Teaching terdiri atas dua tahap, tahap pertama disebut konteks, dan tahap kedua adalah isi.[7]

1) Tahap Pertama (Konteks)

Yang dimaksud dengan tahap pertama atau konteks yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan:

a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah dan belajar.

b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.

c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, dan semua hal yang mendukung proses belajar.

d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.

2) Tahap Kedua (Isi)

Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar, hal-hal yang berhubungan dengan bagian ini adalah:

a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan prinsip-prinsip Quantum Teaching sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan dengan penampilan, bunyi dan rasa berbeda.

b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat siswa dengan kurikulum yang dipelajari, dengan kata lain bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.

c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip Quantum Teaching, sehingga para siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.

d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup diistilahkan juga keterampilan sosial.

1.B. Relevansi Proses Belajar Mengajar dengan Quantum Teaching
2.1. Pengertian dan Komponen Proses Belajar Mengajar
Pengertian Proses Belajar Mengajar Menurut Sardiman AM yaitu:

“bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar, dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya.”[8]

Sedangkan tujuan proses belajar mengajar sama dengan tujuan pendidikan, yang menurut Redja Mudya Harjo yaitu:

“untuk pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya, yang dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup dan kelompok sosial.”[9]

Adapun komponen proses belajar mengajar merupakan hal-hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam proses belajar mengajar, dikarenakan hal-hal penting tersebut mesti dilalui untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.[10] Diibaratkan pada sebuah mesin, jika salah satu dari komponennya tidak berfungsi, maka mesin tersebut tidak akan dapat beroperasi. Oleh karena itu, setiap tenaga pengajar perlu memahami komponen-komponen dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka dapat mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran aktifitasnya.

Adapun komponen-komponen proses belajar mengajar akan dipaparkan seperti berikut:

1.Tujuan proses belajar mengajar
Tujuan proses belajar mengajar adalah adanya hal-hal ideal yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan yang mesti dicapai dalam proses belajar mengajar adalah memperoleh pemahaman dan keterampilan. Pemahaman yang dimaksudkan adalah peserta dalam proses belajar mengajar memiliki banyak pengetahuan dengan cara kreatif berpikir, membaca dan menulis. Sedangkan keterampilan adalah memiliki keahlian dalam memecahkan setiap persoalan, terampil menyampaikan pengetahuan kepada orang lain, serta terampil melukiskan pengetahuannya dalam tulisan.

1.Bahan Pelajaran (Materi)
Setelah merumuskan tujuan, kemudian diikuti langkah pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan kondisi tingkatan siswa yang akan menerima pelajaran, jelasnya bahan pelajaran merupakan isi dari proses interaksi tersebut.

1.Guru dan Siswa
Guru dan siswa adalah salah satu komponen proses belajar mengajar, yakni yang memberikan pengajaran dan yang menerima pelajaran. Sebagai guru profesional, mereka mesti memenuhi syarat-syarat dalam melaksanakan tugasnya. Adapun beberapa syarat tersebut adalah :

1) Harus memiliki bakat sebagai guru

2) Harus memiliki keahlian sebagai guru

3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi

4) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

Menurut Maslow, siswa memiliki beberapa kebutuhan, yaitu:

1) Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan fisiologis. Tiap orang berusaha menjaga keselamatan dan keamanan dirinya dari gangguan luar, atau situasi-situasi yang tidak menyenangkan.

2) Kebutuhan memiliki dan mencintai yaitu kebutuhan akan kasih sayang dalam keluarga dan kebersamaan dalam masyarakat

3) Kebutuhan akan penghargaan, ialah keinginan seseorang akan penilaian yang baik dari orang lain, ingin dihormati, merasa mampu, percaya atas kemampuannya menghadapi hidup di dunia ini.

4) Kebutuhan untuk menonjolkan diri adalah kebutuhan tertinggi, ingin dianggap orang yang terbaik, ingin menjadi orang ideal, dan lain-lain.[11]

1.Strategi dalam proses belajar mengajar
Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar adalah strategi. Strategi adalah penghubung antara siswa dan guru, dimana dengan strategi kita dapat mengembangkan pengajaran. Berbagai strategi yang dapat digunakan berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai. Strategi dalam proses belajar mengajar, tentunya dirumuskan oleh guru yang bertindak sebagai pengarah baik dari segi materinya, tugas-tugas pada komunikasi, media, maupun suasana lingkungan belajar yang diciptakan. Jika strategi tidak dirumuskan, maka guru tidak akan mengetahui bagaimana perkembangan siswa dan tentunya secara umum tujuan pembelajaran tidak tercapai.

1.Sarana (alat)
Alat atau sarana merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Sarana sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan sarana juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang pendidikan, maka semakin banyak pula tercipta sarana-sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru haruslah menyesuaikan penggunaan sarana tersebut dengan tetap berpatokan pada tujuan sehingga dapat tercapai secara efektif dan efisien.

1.Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan sebab untuk melihat sejauhmanakah bahan yang diberikan kepada peserta didik dengan metode tertentu dan sarana yang telah ada dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tegasnya penilaian atau evaluasi ini merupakan baromater untuk mengukur tercapainya proses belajar mengajar.

1.2. Quantum Teaching sebagai Strategi Belajar Mengajar
Quantum Teaching merupakan konsep yang diturunkan dari Quantum Learning yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Dari konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam dunia bisnis, maka dibuatlah Quantum Bisnis, begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka dirancanglah konsep Quantum Teaching.

Quantum Teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktekkan Quantum learning di ruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan wawasan yang luas, pembentukan sikap dan memberikan keterampilan, konsep Quantum Teaching inilah langkah atau strategi yang komprehensif untuk meraih tujuan tersebut.

Saturday, April 24, 2010

SUPERTEACHING I




dari dan untuk PAHLAWAN TANPA TANDA JASA
Ada banyak model pembelajaran yang dapat memudahkan guru melaksanakan tugas utama sebagai agen pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang terkenal adalah model pembelajaran kuantum. Model pembelajaran kuantum ini juga mendukung artikel-artikel sebelumnya tentang tip sukses mengajar 1, tip sukses mengajar 2, atau tip sukses mengajar 3. Apa itu model pembelajaran kuantum?

Istilah “Pembelajaran Kuantum” diadopsi dari istilah Inggris “Quantum Teaching”. “Quantum Teaching” merupakan badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi di SuperCamp, sebuah program percepatan belajar (accelerated learning) yang mempraktikkan metode belajar kuantum (Quantum Learning).

Kesuksesan metode di SuperCamp mendatangkan undangan dari berbagai sekolah untuk melatih guru dengan metode ini. Guna memenuhi kebutuhan yang lebih luas, metode pelatihan di SuperCamp ditulis dalam buku berjudul Quantum Teaching, agar dimanfaatkan oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, Quantum Teaching adalah praktik quantum learning di kelas-kelas.

Secara sederhana, pembelajaran kuantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Pembelajaran kuantum ini dirancang berdasarkan tiga hal, yaitu: asas utama, prinsip-prinsip, dan model.

Asas Utama
Asas utama pembelajaran kuantum adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak mengajar dari mereka.

Caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat menerapkan konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Dalam konteks inilah materi pelajaran dibeberkan: kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum menggunakan prinsip-prinsip yang terdiri dari lima macam, yaitu: (1) Segalanya Berbicara, (2) Segalanya Bertujuan, (3) Pengalaman Sebelum Pemberian Nama, (4) Akui Setiap Usaha, dan (5) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.

Segalanya Berbicara. Prinsip Segalanya Berbicara mengandung pengertian bahwa segala sesuatu di ruang kelas “berbicara”—mengirim pesan tentang belajar. Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran. Setiap detail mengabarkan sesuatu—tentang diri dan sikap guru terhadap hal mengajar dan belajar. Sebab itu dalam proses pembelajaran, guru wajib menggubah kelas menjadi “komunitas belajar”—masyarakat mini yang setiap detailnya telah digubah secara saksama untuk mendukung belajar optimal—dari cara mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas, hingga cara merancang pengajaran.

Segalanya Bertujuan. Segalanya Bertujuan berarti bahwa semua upaya yang dilakukan guru dalam menggubah kelas mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi yang tertinggi.

Pengalaman Sebelum Pemberian Nama. Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang mereka pelajari. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan peluang untuk penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental, seperti: Apa?, Mengapa?, Bagaimana?. Jelasnya, pengalaman membangun keingintahuan siswa, menciptakan petanyaan dalam benak mereka, membuat mereka penasaran. Jadi, sebelum menyajikan materi pelajaran, guru perlu terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau mempraktikkan sendiri.

Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Ketika siswa telah mengambil langkah ini, mereka patut diberi pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Prinsip Akui Setiap Usaha mengandung konsekuensi bahwa dalam pembelajaran, guru harus mengakui setiap usaha siswa, baik usaha yang sudah tepat atau yang belum. Perlu dipahami bahwa dalam pembelajaran kuantum tidak dikenal istilah “gagal”. Yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Setiap hasil adalah prestasi, dan masing-masing akan menjadi umpan balik demi pencapaian hasil yang tepat sebagaimana dimaksudkan.

Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan. Perayaan merupakan sarapan bagi pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan juga akan mengajarkan kepada siswa mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu.

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa perlu sering-sering merayakan kesuksesan belajar, dan menghubungkan belajar dengan perayaan. Bentuk perayaan, misalnya: tepuk tangan, tiga kali hore, jentikan jari, kejutan, dan lain-lain.

Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi.

Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran kuantum. Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang dinamis.

Isi merupakan penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate). Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).

Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan model kuantum menunjukkan ciri-ciri: (1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu; (2) pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat belajar siswa; (3) penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa belajar sesuai dengan modalitas kecerdasannya; (4) penggunaan bahasa yang unggul; (5) suasana belajar yang saling memberdayakan; (6) dan penyajian materi pelajaran yang prima.

Penyajian materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan: (1) penumbuhan minat siswa, (2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, (3) penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia, (4) adanya demonstrasi oleh siswa, (5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, dan (6) penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat, atau tepukan.

Ada baiknya Anda cek ulang artikel tentang rahasia guru sukses dan indera belajar siswa agar lebih menguatkan pemahaman mengenai perlunya melakukan inovasi dalam mengajar.

Thursday, April 22, 2010

Menyiasati anak ketagihan main GAME



Ane yakin, pembaca disini adalah orang tua yang BIJAK dan PEDULI dengan perkembangan psikologis anak sehingga kelak anak menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan orang tua. Anak-anak terlahir di dunia ini sebagaimana kertas putih dan tergantung bagaimana kita sebagai Orang Tua mencorat-coret diatas kertas putih tersebut. Teori Tabularasa tersebut sangat melekat dalam memori Ane dan menjadi acuan dalam penanganan berbagai tantangan yang dihadapi orang tua terhadap perilaku anaknya.
Bagaimana dengan fenomena anak-anak yang mengalami adiksi Play Station (PS)? Adiksi dialami oleh anak-anak yang kurang mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan tepat. Inilah fenomena yang berkembang di masyarakat kita, dengan dinamika kehidupan di kota Jakarta sebagai kota metropolitan yang selalu berpacu dengan waktu, kadang kala kita banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja sehingga interaksi dengan anak relatif minim. Dengan minimnya waktu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota keluarga tersebut, membuat mereka merasa nyaman dengan aktivitas PS. Sebenarnya apa yang membuat anak menjadi adiktif dengan PS? Tidak lain tidak bukan karena PS menawarkan rasa nyaman untuk mengkompensasi emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa dll, sehingga pada akhirnya anak merasa emosi negatifnya tereliminir dengan sendirinya dan merasa senang dan terjadilah kompulsi yaitu kegiatan yang memberikan kenyamanan psikologis yang cenderung diulang-ulang. Ada kecenderungan anak-anak yang menyukai PS dengan permainan yang agresif, ia mampu menunjukkan dirinya sebagai pemenang yang memperkuat egonya. Kondisi dan rasa aman yang diperoleh melalui permainan PS tersebut kurang sesuai dengan realitas pada lingkungannya. Pada anak yang telah mengalami adiksi terhadap PS, cenderung menunjukkan perilaku menarik diri (withdrawal) dari lingkungannya dan asyik bermain hingga lupa waktu.
Kondisi tersebut yang harus disikapi oleh orang tua secara positif. Sebelum melakukan tindakan untuk menghukum anak dengan mengurangi aktivitas yang disenanginya tersebut, sebaiknya kita sebagai orang tua melakukan instrospeksi terlebih dahulu. Bagaimana kita memahami model dunia anak kita? Apakah kita sudah memenuhi cinta tanpa syarat (Unconditional Love) pada anak kita?. Maka sangatlah bijaksana bilamana kita memenuhi cinta yang diharapkan misalnya dengan memahami bahasa cinta anak. Menurut Garry Chapman,Ph.D dan Ross Campbell,M.D. dalam bukunya “The Five Love Languages of Children, bahwa “Setiap anak memiliki tanki emosi yang merupakan wadah emosi yang kuat (cinta) yang mendorongnya untuk melalui hari demi harinya dengan berbagai aktivitas dan memberdayakan potensi anak tersebut. Yang diperumpamakan sebagaimana mobil yang bisa bergerak karena adanya bahan bakar yang diisi terus sehingga mobil bisa digunakan setiap hari untuk beraktivitas”. Jadi tanki emosi cinta ini bisa habis dan tugas orang tua yang mengisinya hingga penuh. Lalu bagaimana cara mengisi tanki cinta tersebut? Ada 5 bahasa cinta untuk mengisi bahasa cinta tersebut yaitu dengan waktu yang berkualitas, kata-kata yang positif atau pujian sebagai afirmasi diri anak, sentuhan fisik, pelayanan dalam arti membantu aktivitas anak dengan perasaan cinta, dan pemberian hadiah. Isilah tanki cinta anak tersebut sesuai dengan kebutuhan anak.
Strategi yang efektif untuk mengisi tanki cinta tersebut dengan metode Hypnosis. Kita mengalami kondisi hypnosis minimal 2 kali sehari yaitu saat gelombang otak berada pada gelombang alpha dan tetta yaitu beberapa saat mulai tertidur dan beberapa saat akan bangun tidur. Cirinya adalah saat tarikan nafas anak sudah 8 – 14 tarikan nafas per menit. Berikanlah sugesti yang positif secara berulang dengan program yang anda inginkan misalnya : “Ayah & Ibu mencintaimu apa adanya, lalu katakan semakin hari ....(sebutkan nama anak anda) semakin bahagia, semakin hari semakin pintar dan mudah menyerap pelajaran di sekolah dsb. Program yang sama diinstall melalui bisikan setiap hari selama 7 hari pada waktu kondisi hypnosis tersebut. Setelah diberikan sugesti tersebut katakan bahwa anak anda akan melupakan apa yang telah anda lakukan ini, yang bertujuan agar anak anda tidak bereaksi seperti tersadar sedang dihypnosis. Bagaimana cara membuat sugesti yang positif? Yaitu dengan kalimat yang positif, tidak boleh menggunakan kalimat negatif misalnya Jangan Nakal, Jangan Malas dsb karena otak kita tidak bisa menerima kalimat negatif. Buatlah kalimat yang singkat, padat dan jelas dan direpetisi atau diulang, programlah dalam jangka waktu tertentu minimal 7 hari/program yang sama. Lakukanlah dengan niat agar anak anda menjadi yang terbaik sebagaimana harapan Anda. Anda MAU PAHAM? LAKUKANLAH!!
Dari berbagai sumber

Sunday, April 4, 2010

TAHUKAH ANDA TAHU.......???????




dari sesama TUKUL.........

MARTABAK TAHU

Bahan dasar Martabak :
 2 butir telur ayam
 50 gr Tepung terigu
 1/3 sdt Merica bubuk
 500 cc Air
 1 sdm Minyak sayur / mentega cair
 Garam secukupnya

Bahan dasar isi :
 2 potong Tahu putih (cincang kasar)
 250 gr Daging giling

Bumbu dan rempah :
 1/2 gelas Air Kaldu
 3 btg Daun bawang (iris halus)
 2 sdm Minyak goreng (untuk menumis)
 1 sdt Bumbu kari bubuk
 1/2 sdt Merica bubuk
 4 siung Bawang putih (haluskan)
 4 siung Bawang merah (haluskan)
 4 buah Cabe hijau (iris halus)

Membuat Martabak :
∞ Buat adonan dari campuran telur, tepung terigu, 1/3 sdt merica, air, minyak sayur dan garam.
∞ Panaskan wajan dadar anti lengket lalu olesi dengan sedikit minyak goreng.
∞ Masukkan 2 - 3 sdm adonan, buat dadar hingga matang
∞ Siapkan selembar dadar dan beri isi, lalu lipat / gulung sesuai selera.
∞ Lumuri dengan telur kocok, goreng diatas api sedang hingga kulit kecoklatan.
∞ Angkat dan sajikan dengan saus sambal / tomat.

Membuat Isi :
 Tumis bawang merah dan bawang putih dengan minyak goreng hingga harum.
 Tambahkan daging giling, aduk sampai daging berubah warna.
 Masukkan merica dan bumbu kari, tuangkan air kaldu.
 Masak hingga bumbu meresap.
 Masukkan tahu, cabe hijau dan daun bawang, aduk sampai rata.
 Masak hingga matang, angkat dan tiriskan.


BISTIK TAHU

Bahan :
 2 buah Tahu
 1 buah Wortel
 1 btr Telur
 1/2 btl Minyak goreng
 5 btg Buncis
 2 buah Kentang
 1 ons Tepung Roti
 1 sdt margarin

Bumbu :
• 2 siung Bawang merah dan bawang putih
• ¼ buah Pala
• Lada secukupnya
• Gula dan garam secukupnya
• 2 sendok Saos mayones(beli yang instant)
• Penyedap secukupnya

Cara Memasak :
1. Hancurkan tahu, campurkan dengan bawang merah dan bawang putih yang sudah dihaluskan.
2. Tambahkan biji pala, sedikit garam, aduk sampai rata.
3. Bentuk adonan bulat - bulat dan agak gepeng (seperti bistik).
4. Kocok telur dan gula, kemudian masukan adonan, angkat dan taburi tepung roti.
5. Goreng hingga kecoklatan, angkat.

Cara membuat Saos :
1. Panaskan panci, masukkan margarin.
2. Tambahkan saos mayones, penyedap, gula, dan air secukupnya.Masak hingga mendidih.
3. Sajikan secara terpisah atau bisa langsung disiramkan.


Puding Tahu

Bahan:
1500 ml susu cair
300 gr tahu sutra
250 gr gula pasir
2 bungkus agar bubuk
1/4 sdt garam

Bahan Kuah :
350 ml air
100 gram jahe, diiris tipis
100 gram gula pasir
1 kaleng koktail, dibuang airnya

Cara membuat :
1. Blender susu dan tahu sutra.
2. Tambahkan gula, agar, dan garam lalu didihkan sambil diaduk.
3. Tuang ke pinggan. Bekukan.
4. Kuah : didhkan air, jahe, dan gula. Angkat.
5. Setelah dingin, masukkan koktail.
6. Siram ke puding lalu saj


STEAK TAHU

Bahan Steak :
 2 potong Tempe
 1 buah Tahu
 Ayam giling/dicincang
 2 siung bawang putih
 1 batang seledri dicincang
 1 sdt penyedap rasa ayam
 2 butir telur
 Garam dan Gula secukupnya

Bahan Saus :
 1 bawang Bombay
 1 sdm tepung terigu
 150 ml air matang
 1 sdm merica
 1 sdt penyedap
 1 sdm kecap manis
 1 sdm saus tomat
 gula secukupnya

Cara Membuat Steak :
1. Hancurkan tempe dan tahu hingga lembut
2. Masukkan bahan-bahan seperti ayam cincang, seledri cincang, bawang
3. Campurkan penyedap, garam dan gula.
4. Masukkan telur kocok hingga rata dan bahan sehingga menyatu.
5. Setelah itu goreng dengan margarin, dibentuk pipih menyerupai steak.

Cara Membuat Steak :
1. Tumis bawang bombay dan masukan secara perlahan tepung hingga harum.
2. Masukkan kecap, saus tomat, penyedap, gula dan lada setelah dihaluskan
3. Masukkan air sedikit demi sedikit, aduk hingga rata dan mengental.
4. Sajikan dengan terpisah atau disiramkan langsung


BOTOK TAHU

Bahan :
Tahu : 3 potong
Tempe : 3 potong
Biji Lamtoro : 0,5 mangkok
Kelapa muda parut : 0,5 mangkok
Udang : secukupnya
Ikan teri : secukupnya
Daun pisang : secukupnya

Bumbu :
Bawang merah : 6 siung
Bawang putih : 1 siung
Daun jeruk purut : 1 lembar
Cabe rawit : 10 buah
Cabai hijau : 5 buah
Belimbing sayur : 6 buah
Cabe merah : 1 buah
Tomat : 2 buah
Garam : secukupnya

Cara memasak :
01. Kukus tahu dan tempe sampai masak, lalu potong dadu, lamtoro
direndam air panas.
02. Haluskan semua bumbu, udang dan teri dicuci bersih.
03. Campur menjadi satu, kelapa muda parut, bumbu, udang, ikan teri,
biji lamtoro dan bumbu iris, aduk sampai rata.
04. Bungkus dengan daun pisang, kukus sampai matang.

Thursday, April 1, 2010

Menurunkan Berat Badan Ideal dengan "MODELING"...Mau...????




dari Sahabat, untuk Sahabat

Oleh: Teddi Prasetya Yuliawan


Ted, nggak salah tuh?

Apanya yang salah dan enggak?

Ya itu, mau sharing tentang NLP( lihat artikel bulan Maret tentang ini) dan slimming.

Emang apa yang salah?

Kok tiba-tiba menclok ke dunia per-slimming-an?

Nggak menclok kok.

Terus?

Hanya berbagi pengalaman. Tahun 2008 kan tahun berat badan tertinggi tuh, 72 kg. Nah, di pertengahan 2009 turun hingga 68. Terus turun hingga mencapai titik stabil di 61. Bahkan pernah 59. Semuanya tanpa diet.

Hah! Yang bener tuh? Tanpa diet?

Bener. Makan enak, aktivitas biasa. Tubuh seperti mengatur sendiri kapan harus berhenti, kapan harus menambah.

Waaaah, mau donk dibagi pengalamannya!

Nah, ini baru mau ditulis.


Demikianlah obrolan singkat saya dengan seorang kawan yang mendengar bahwa saya akan berbagi pengalaman di NLP Talks dengan judul “Slim WithOut Pain”. Karena selama ini saya banyak dikenal sebagai praktisi NLP untuk urusan bisnis dan pendidikan, maka kawan saya ini jadi penasaran ketika mengetahui saya seolah berpindah haluan ke soal-soal kesehatan.

Well, bagi saya, saya tidak sedang berpindah haluan. Sebab haluan saya ya memang satu: aplikasi NLP di semua bidang. Dan karena obyek NLP adalah manusia, maka saya berani mengatakan bahwa dimana ada manusia, di situ lah NLP bisa berperan aktif.

Lalu, apa sebenarnya yang akan saya bagikan?

Sederhana kok. Saya sendiri heran dan masih terus memodel apa yang terjadi dalam diri saya. Kok bisa-bisanya berat badan saya turun ke titik yang saya inginkan, tanpa ada program khusus. Karena saya menganggap hal ini sebagai salah satu hal yang ekselen, maka alarm NLP saya pun menyala keras, “Woooi, model woooi! Jangan dianggurin aje tuh!” Begitu lah kira-kira alarm tersebut memperingatkan saya.

Tentu saja masih banyak orang lain yang mengalami perubahan jauh lebih dramatis daripada saya. Maka dari itu saya juga masih terus mencari dan mengembangkan model ini, sembari melakukannya pada diri sendiri.

Saya pun mengingat-ingat kembali perjalanan saya sejak akhir tahun 2008, ketike berat badan saya mencapai titik tertinggi sepanjang saya hidup hingga saat ini: 72 kg. Wah, sungguh repot. Tubuh terasa berat, celana dan baju kesempitan semua, turun tangga latihan gempa ngos-ngosan, pokoknya nggak nyaman sama sekali lah.

Entah apa yang terjadi ketika itu, berat badan saya pun turun hingga mencapai 68 kg. Titik yang membuat saya PD, bahwa saya pasti bisa mencapai berat badan ideal, sesuai dengan tinggi badan saya. Sungguh aneh, sebab merasa tidak mengelola kegiatan makan saya secara sadar. Saya tetap makan makanan-makanan favorit saya, saya tetap beraktivitas seperti biasa, benar-benar tidak ada program khusus.

Namun, memang ada sesuatu yang berubah dalam pola makan saya.

Ya, tubuh saya seperti mengatur dirinya sendiri. Saat sedang kelaparan di pagi hari, misalnya, saya makan cukup banyak. Nah, biasanya, meskipun sudah makan cukup banyak, jam 10 perut saya sudah mulai keroncongan lagi tuh. Maka turun lah saya ke koperasi kantor untuk mencari beberapa potong cemilan.

La sekarang ini beda sekali. Jika saya sudah sarapan cukup banyak, maka otomatis perut saya aman sampai siang. Memang sesekali terasa keroncongan, tapi sekarang saya seperti memiliki sebuah tombol pause, dengan bertanya pada diri sendiri, “Kamu ini benar-benar lapar, atau mau nurutin nafsu makan doank?” Nah, kalau sudah begini, biasanya saya pun tersadar dan mengurungkan niat untuk makan cemilan lalu melanjutkan pekerjaan. Begitu pun yang terjadi saat satu ketika saya makan berlebihan akibat ada rekan-rekan kerja yang ulang tahun atau membawa cemilan sisa meeting di sore hari. Maka otomatis di malam hari nafsu makan saya bisa hilang sama sekali, atau setidaknya menurun drastis lah.

Sementara itu, saya juga menandai hal lain, yakni dalam soal pengaturan makanan. Jika saya merasa sudah makan atau minum terlalu banyak gula, maka secara otomatis saya jadi kepingin banyak minum air putih. Begitu pula saat saya terlalu banyak makan makanan berlemak, saya pun kemudian jadi kepingiiiiin banget makan sayur dan buah-buahan. Semuanya berlangsung secara otomatis tanpa saya sadari saat ia terjadi. Seolah ada program baru terinstal dalam diri saya untuk melakukan itu semua.

Ada apa ini?

Selidik punya selidik, saya pun menemukan beberapa kata kunci.

Pertama, saya sejak dulu percaya bahwa berat badan ideal itu kuncinya hanya 1: menyeimbangkan input dan output. Input adalah makanan, output adalah aktivitas. Kalau yang kita makan sesuai dengan apa yang kita keluarkan, berat badan kita ideal. Sementara kalau salah satu saja tidak seimbang, kita pun kegemukan atau kekurusan. Nah, konsep keseimbangan ini saya rasakan telah menjadi sebuah belief baru bagi saya dalam hal makanan. Maka tidak heran jika perilaku-perilaku seperti saya ceritakan tadi muncul begitu saja, sebab belief baru jelas memiliki repertoar perilakunya sendiri.

Kedua, kata ‘makan’ saya resapi memunculkan makna yang berbeda pada saya saat ini. Saya ingat ketika saya masih gembul dulu, saya rupanya masih menggunakan mindset makan mahasiswa, yang lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas. Makan adalah untuk menghilangkan lapar, dan bikin kenyang. Jadilah saya gembul, sebab aktivitas fisik saya setelah bekerja jelas jauh menurun dibandingkan ketika kuliah. Kembali ke hukum keseimbangan, maka output saya kalah jauh dibandingkan input saya. Apalagi, kualitas makanan (baca: makanan berlemak) yang saya makan pun meningkat. Klop sudah, gembul mania.

Nah, sekarang ini, kata ‘makan’ rupanya memiliki makna yang multipel. Ia bermakna sumber energi, sehingga kalau bisa menggunakanya itu ya sehemat mungkin, namun dengan manfaat yang maksimal. Persis seperti para produsen kendaraan bermotor yang selalu terobsesi untuk menciptakan kendaraan berbahan bakar irit dengan tenaga yang besar. Maka makna ini menjadikan saya fokus untuk mencari makanan yang dapat memberi energi maksimal, tanpa perlu terlalu mengenyangkan perut. Sebab perut yang kenyang akan menambah beban tubuh, sehingga toh makanan yang saya masukkan sebenarnya justru lebih banyak digunakan untuk mengendalikan tubuh yang kelebihan beban ini.

Kata ‘makan’ juga bermakna ibadah, seperti halnya berbagai aktivitas lain. Seiring dengan pengembangan Spiritual NLP yang saya lakukan sejak awal 2009, saya menemukan bahwa kegiatan makan tidak akan berlebihan jika dilakukan sesuai dengan ajaran agama.

Kok?

Begini ceritanya. Yang sederhana saja deh. Doa makan saja. Berapa banyak orang yang membaca doa makan asal lewat? Padahal, doa makan adalah sebuah cara yang ampuh untuk menyiapkan tubuh menerima dan mengolah makanan. Saya merasakan bahwa membaca doa makan dengan penuh penghayatan rupanya memunculkan sensasi khidmat nan nikmat saat makan. Sensasi inilah yang kemudian menjadikan kegiatan makan tidak akan saya campur dengan kegiatan lain yang akan mengurangi kenikmatannya. Nah, klop banget nih dengan apa yang pernah saya dengar dari hasil penelitian (sayangnya, saya lupa sumbernya) bahwa kebanyakan orang obesitas karena sering melakukan kegiatan makan bersamaan dengan kegiatan lain seperti bekerja, menonton televisi, dll. Akibatnya, tubuh tidak benar-benar siap menerima makanan, plus tidak benar-benar maksimal dalam mengolah makanan yang masuk.

Sementara itu, dalam doa makan yang biasa saya ucapkan, terkandung makna bahwa kita meminta agar dihadirkan keberkahan dalam makanan yang kita makan. Wah, ini jelas doa yang serius nih. Diucapkan pada Tuhan pula. Maka kegiatan makan saya pun tidak menjadi kegiatan yang sepele lagi, sehingga berbagai adab makan seperti duduk dan mengunyah hingga lumat pun berjalan secara otomatis. Nah, saya lalu merasakan lagi, bahwa adab-adab ini rupanya juga menyiapkan tubuh untuk menerima makanan dan mengolahnya dengan lebih mudah.

Semenjak penemuan inilah, saya tidak pernah lagi main-main dengan doa yang saya ucapkan.

Ketiga, omong-omong soal menyeimbangkan menu, rupa-rupanya terjadi proses perubahan submodalitas dalam diri saya terkait dengan jenis makanan yang selama ini kurang favorit bagi saya. Ya, saya bukanlah penggemar sayuran. Dulu, saya hanya makan sayuran jika sudah mulai sembelit. Entah bagaimana mulanya, yang pasti saya mulai dapat merasakan kenikmatan makan sayur. Tidak saja lidah saya berkompromi, tapi saya benar-benar merasakan asyiknya. Apalagi yang namanya gado-gado. Wuih, kini bagi saya persis seperti makan pizza!

Begitu pula dengan minum air putih. Saya yang penggemar minuman manis nan berwarna, kini mampu meminum air putih dalam jumlah banyak dengan penuh kenikmatan. Ya, seperti ada proses amplify di kerongkongan saya saat merasakan kesegaran air putih, yang mengaliiiir terus hingga lambung. Wuih…segar deh pokoknya!


Oh, jadi begitu caramu jadi kurus?

Begitulah.

Mudah ya?

Siapa yang bilang sulit?

Iya juga sih. Terus, kalau buat menggemukkan badan, bisa juga?

Ya. Langkah-langkah di atas kan memang bukan soal menurunkan berat badan, melainkan mencapai berat badan yang ideal, tepat sesuai kebutuhan kita. Maka orang yang terlalu kurus tentu akan meningkat berat badannya hingga mencapai titik ideal itu.

Wah, asyik nih. Coba ah…


Demikianlah. Saya masih terus melakukan proses modeling, termasuk pada beberapa rekan yang doyan makan namun tetap langsing. Namun setidaknya 3 hal di atas sudah begitu nyata saya rasakan efeknya dalam diri saya. Di antara ketiganya, 2 yang pertama merupakan kata kunci yang penting. Hidup adalah soal menjaga keseimbangan. Keseimbangan dijaga, hidup pun tenang dan damai. Sementara ketika setiap hal sudah bermakna ibadah, maka tidak akan ada istilah merasa kurang sehingga perlu menambah yang tidak kita butuhkan.

Jadi, selamat memulai hidup baru