Thursday, April 22, 2010

Menyiasati anak ketagihan main GAME



Ane yakin, pembaca disini adalah orang tua yang BIJAK dan PEDULI dengan perkembangan psikologis anak sehingga kelak anak menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan orang tua. Anak-anak terlahir di dunia ini sebagaimana kertas putih dan tergantung bagaimana kita sebagai Orang Tua mencorat-coret diatas kertas putih tersebut. Teori Tabularasa tersebut sangat melekat dalam memori Ane dan menjadi acuan dalam penanganan berbagai tantangan yang dihadapi orang tua terhadap perilaku anaknya.
Bagaimana dengan fenomena anak-anak yang mengalami adiksi Play Station (PS)? Adiksi dialami oleh anak-anak yang kurang mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan tepat. Inilah fenomena yang berkembang di masyarakat kita, dengan dinamika kehidupan di kota Jakarta sebagai kota metropolitan yang selalu berpacu dengan waktu, kadang kala kita banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja sehingga interaksi dengan anak relatif minim. Dengan minimnya waktu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota keluarga tersebut, membuat mereka merasa nyaman dengan aktivitas PS. Sebenarnya apa yang membuat anak menjadi adiktif dengan PS? Tidak lain tidak bukan karena PS menawarkan rasa nyaman untuk mengkompensasi emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa dll, sehingga pada akhirnya anak merasa emosi negatifnya tereliminir dengan sendirinya dan merasa senang dan terjadilah kompulsi yaitu kegiatan yang memberikan kenyamanan psikologis yang cenderung diulang-ulang. Ada kecenderungan anak-anak yang menyukai PS dengan permainan yang agresif, ia mampu menunjukkan dirinya sebagai pemenang yang memperkuat egonya. Kondisi dan rasa aman yang diperoleh melalui permainan PS tersebut kurang sesuai dengan realitas pada lingkungannya. Pada anak yang telah mengalami adiksi terhadap PS, cenderung menunjukkan perilaku menarik diri (withdrawal) dari lingkungannya dan asyik bermain hingga lupa waktu.
Kondisi tersebut yang harus disikapi oleh orang tua secara positif. Sebelum melakukan tindakan untuk menghukum anak dengan mengurangi aktivitas yang disenanginya tersebut, sebaiknya kita sebagai orang tua melakukan instrospeksi terlebih dahulu. Bagaimana kita memahami model dunia anak kita? Apakah kita sudah memenuhi cinta tanpa syarat (Unconditional Love) pada anak kita?. Maka sangatlah bijaksana bilamana kita memenuhi cinta yang diharapkan misalnya dengan memahami bahasa cinta anak. Menurut Garry Chapman,Ph.D dan Ross Campbell,M.D. dalam bukunya “The Five Love Languages of Children, bahwa “Setiap anak memiliki tanki emosi yang merupakan wadah emosi yang kuat (cinta) yang mendorongnya untuk melalui hari demi harinya dengan berbagai aktivitas dan memberdayakan potensi anak tersebut. Yang diperumpamakan sebagaimana mobil yang bisa bergerak karena adanya bahan bakar yang diisi terus sehingga mobil bisa digunakan setiap hari untuk beraktivitas”. Jadi tanki emosi cinta ini bisa habis dan tugas orang tua yang mengisinya hingga penuh. Lalu bagaimana cara mengisi tanki cinta tersebut? Ada 5 bahasa cinta untuk mengisi bahasa cinta tersebut yaitu dengan waktu yang berkualitas, kata-kata yang positif atau pujian sebagai afirmasi diri anak, sentuhan fisik, pelayanan dalam arti membantu aktivitas anak dengan perasaan cinta, dan pemberian hadiah. Isilah tanki cinta anak tersebut sesuai dengan kebutuhan anak.
Strategi yang efektif untuk mengisi tanki cinta tersebut dengan metode Hypnosis. Kita mengalami kondisi hypnosis minimal 2 kali sehari yaitu saat gelombang otak berada pada gelombang alpha dan tetta yaitu beberapa saat mulai tertidur dan beberapa saat akan bangun tidur. Cirinya adalah saat tarikan nafas anak sudah 8 – 14 tarikan nafas per menit. Berikanlah sugesti yang positif secara berulang dengan program yang anda inginkan misalnya : “Ayah & Ibu mencintaimu apa adanya, lalu katakan semakin hari ....(sebutkan nama anak anda) semakin bahagia, semakin hari semakin pintar dan mudah menyerap pelajaran di sekolah dsb. Program yang sama diinstall melalui bisikan setiap hari selama 7 hari pada waktu kondisi hypnosis tersebut. Setelah diberikan sugesti tersebut katakan bahwa anak anda akan melupakan apa yang telah anda lakukan ini, yang bertujuan agar anak anda tidak bereaksi seperti tersadar sedang dihypnosis. Bagaimana cara membuat sugesti yang positif? Yaitu dengan kalimat yang positif, tidak boleh menggunakan kalimat negatif misalnya Jangan Nakal, Jangan Malas dsb karena otak kita tidak bisa menerima kalimat negatif. Buatlah kalimat yang singkat, padat dan jelas dan direpetisi atau diulang, programlah dalam jangka waktu tertentu minimal 7 hari/program yang sama. Lakukanlah dengan niat agar anak anda menjadi yang terbaik sebagaimana harapan Anda. Anda MAU PAHAM? LAKUKANLAH!!
Dari berbagai sumber

No comments: