Wednesday, March 24, 2010

Menjadi tenaga pengajar yang baik dan benar juga super..????



Alhamdulilah....Luarbiasa....Allohuakbar..... anda tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga pengajar,dengan membaca artikel ini membuktikan bahwa Anda adalah seorang guru atau pendidik yang memiliki dedikasi yang tinggi pada profesi Anda. Anda adalah seorang profesional yang memiliki visi mencerdaskan anak didik Anda. Lebih dari sekedar mencari status kepegawaian atau sertifikasi. Salut untuk Anda. Bravooooo……..
Berikut ini saya akan berbagi cerita tentang cara menyajikan materi pelajaran dengan sebuah teknik yang diistilahkan dengan “hypnoteaching”. Yaitu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar. Sehingga perhatian siswa akan tersedot secara penuh pada materi Anda. Sama persis seperti ketika Anda yang laki-laki, ketika mengendara kendaraan di jalan. Kemudian tiba-tiba ada sorang cewek secantik Luna Maya menyebrang jalan dengan pakaian yang menempel lekat pada seluruh bagian lekuk tubuhnya. Sehingga tanpa Anda sadari perhatian Anda selama sekian detik akan tertuju pada cewek cantik tersebut. Betulkah demikian ? Bisa Anda bayangkan bila cewek cantik tersebut menghampiri Anda dan mengajak Anda berbincang. Seberapa kuat Anda berpaling dari cewek cantik tersebut ??
Atau serupa dengan Anda yang perempuan, ketika berjalan di sebuah shopping center kemudian melihat baju yang begitu anggun sedang terpajang di etalase sebuah toko pakaian. Atau sebuah papan pengumuman besar yang digantung di depan pintu toko, dengan tulisan Big Sale 75% Off. Berapa detik perhatian Anda secara spontan tersedot pada pajangan tersebut ? Bayangkan lebih lagi jika ada pramuniaganya yang ramah menyapa Anda dan berkata “silahkan ibu / mbak. Silahkan pilih yang ibu / mbak suka. Setiap pembelian 3 buah barang akan mendapat bonus voucher belanja senilai Rp 100rb”. Pertanyaan saya, Seberapa kuat Anda berpaling dari hal tersebut ?
Hal-hal yang sangat menarik bukan ? Ya itulah yang terjadi ketika sebuah pesan disampaikan melalui bahasa bawah sadar. Sehingga Anda akan memperhatikan dan enggan untuk berpaling. Anda merasa sangat senang dan bahagia ketika itu. Meski sebelumnya Anda tidak memiliki rencana untuk “memelototi” cewek cantik atau membeli baju.
Hal itulah yang bisa juga Anda lakukan pada anak didik Anda. Yaitu membuat mereka memberikan perhatian yang tinggi pada pelajaran Anda, bersemangat dan bahagia ketika mengikuti sesi pelajaran Anda. Bukan seperti kebanyakan yang sering terjadi. Mengikuti sesi pelajaran karena terpaksa dan tertekan.
Untuk melakukan hypnoteaching, hanya diperlukan langkah-langkah sederhana namun jitu. Seperti jurus bela diri tai chi yang lemah gemulai namun sangat power full untuk menghajar lawan.
Untuk menjadi ahli dalam hypnoteaching, diperlukan latihan yang wajib dilakukan sesering mungkin ketika menyajikan sesi pelajaran. Dengan menerapkan langkah-langkah dasar yang akan saya ceritakan berikutnya, Anda akan bisa setara dengan para trainer atau motivator top Indonesia, bahkan dunia. Seperti Anda ketahui, para motivator dan trainer SDM, selalu bisa membuat audience-nya antusias selama mengikuti sesinya. Disamping dapat memberikan stimulasi-stimulasi pencerahan, yang dapat menjadi bekal berharga pasca mengikuti sesi. Selain pula, …………….ssssssssssttttt…………..tarifnya muahaaaal.
Apakah Anda bersedia untuk meng-upgrade diri Anda menjadi semakin luar biasa seperti itu ???

Berikut ini adalah langkah-langkah dasar yang wajib dilakukan agar dapat menguasai jurus menjadi guru yang setara dengan motivator dunia. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Niat dan motivasi dalam diri Anda.
Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan bekerja cerdas untuk mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan memunculkan motivasi yang tinggi, serta komitmen untuk concern dan survive pada bidang yang Anda tekuni. Sehebat apapun metode yang saya ceritakan, sesukses apapun orang-orang yang telah melaksanakan teknik ini, tanpa niat yang besar dari Anda, maka Anda hanya menjadi Anda yang sekarang. Tidak bertambah dan berkembang kualitasnya. Sebaliknya, jika Anda memiliki niat yang besar untuk mempelajari dan melatih hypnoteaching, maka Anda akan membuktikan sendiri betapa dahsyatnya metode ini.
Saran saya, lakukan saja sesuatu yang Anda yakin akan dapat mengembangkan kualitas diri Anda. Termasuk hypnoteaching. Abaikan suara-suara dan perasaan-perasaan yang menghambat untuk maju.

2. Pacing.
Langkah kedua ini adalah langkah yang sangat penting. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain, atau siswa Anda.
Prinsip dasar disini adalah “manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul / berinteraksi dengan sejenisnya / memiliki banyak kesamaan”. Mengertikah Anda tentang maksud saya ini ?
Misalnya Anda menghadiri sebuah pertemuan seluruh warga di tempat tinggal Anda. Dimana terdapat beberapa strata usia, diantaranya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, anak-anak. Misalnya mereka datang dari berbagai penjuru secara acak, dan kemudian dipersilahkan dengan bebas untuk memilih tempat duduk. Kira-kira apakah bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak duduk secara membaur dan acak ? Atau mereka cenderung berkumpul sesuai usianya ? Bapak-bapak memilih untuk ngobrol dengan sesame bapak-bapak. Sedang ibu-ibu juga memilih melakukan hal yang sama. Remaja dan anak-anak pun akhirnya sibuk bercanda dengan sesamanya. Benar demikian ?
Belum lagi para penggemar sepak bola akan ngobrol seru dengan sesama penggemar sepak bola. Penggemar gossip pun akan berkumpul dengan orang-orang yang sama-sama suka gossip.

Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengannya. Seperti misalnya Anda yang berprofesi sebagai guru / pendidik. Jika Anda boleh memilih, pasti Anda lebih nyaman berkumpul dan ngobrol bersama sesama guru / pendidik meski dari usia yang berbeda-beda, daripada Anda berkumpul dengan para anggota DPR atau pengusaha pabrik yang kaya raya, atau mungkin para gembel. Jika Anda merasa nyaman berkumpul dengan orang pada golongan tertentu, hal tersebut berarti Anda memiliki banyak kesamaan dengan orang-orang dalam golongan tersebut. Coba anda renungkan………

Kesamaan-kesamaan diantara beberapa orang, akan memancarkan gelombang otak yang sama. Sehingga orang-orang dalam golongan itu akan merasa nyaman berada di dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik.
Sama dengan siswa-siswa kita. Jika mereka membenci sesi pengajaran Anda, berarti gelombang otak Anda belum setara dengan mereka. Anda dan para siswa Anda belum “click”. Meskipun usia Anda jauh lebih tua daripada siswa Anda, namun gelombang otak dapat disetarakan dengan melakukan atau seakan-akan melakukan dan berfikir seperti siswa Anda.
Dalam hal ini, Anda wajib mengalah terlebih dahulu. Dalam arti Andalah yang harus menyesuaikan gelombang otak Anda pada siswa Anda. Bukan sebaliknya siswa Anda yang menyesuaikan gelombang otak Anda.

Cara-cara melakukan pacing pada siswa Anda :
• Bayangkan Anda adalah seusia siswa-siswa Anda. Disamping juga melakukan aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami siswa-siswa Anda pada masa SEKARANG. Bukan pada saat Anda masih sekolah dulu.
• Gunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa yang sering digunakan oleh siswa-siswa Anda. Kalau perlu gunakan bahasa gaul yang sedang trend di kalangan siswa-siswa Anda.
• Lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan tema bahasan Anda.
• Sangkutkan tema pelajaran Anda dengan tema-tema yang sedang trend di kalangan siswa-siswa Anda.
• Selalu update pengetahuan Anda tentang tema, bahasa hingga gossip terbaru yang sedang trend di kalangan siswa Anda.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka tanpa sadar gelombang pikiran Anda telah sama dengan para siswa. Akibatnya adalah siswa-siswa Anda merasa nyaman untuk bertemu dengan Anda.
Jika hal ini telah terjadi, maka bersiaplah untuk melakukan langkah berikutnya.

3. Leading.
Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing Anda lakukan. Jika Anda melakukan leading tanpa didahului dengan pacing, hal itu sama saja dengan memberikan perintah pada siswa Anda dengan resiko siswa Anda melakukannya dengan terpaksa dan tertekan. Hal ini akan berakibat pada penolakan siswa Anda pada diri Anda. Atau lebih kongkritnya adalah siswa Anda akan lebih senang dan gembira ketika Anda menderita sakit sehingga tidak dapat mengajar pada jam Anda. Maukah Anda menjadi guru yang demikian ?? Saya yakin Anda ingin sebaliknya.
Setelah Anda melakukan pacing, maka siswa Anda akan merasa nyaman dengan Anda. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang Anda ucapkan atau tugaskan pada siswa Anda, maka siswa Anda akan melakukannya dengan suka rela dan bahagia.
Anda bagaikan kekasih bagi siswa Anda (bukan berarti melibatkan romantisme). Dalam arti, siswa Anda akan selalu menantikan sesi pelajaran Anda. Sesulit apapun materi Anda, maka pikiran bawah sadar siswa Anda akan menangkap materi pelajaran Anda adalah hal yang mudah. Jika siswa Anda yakin bahwa pelajaran Anda adalah mudah, maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi mudah, dan siswa Anda akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang. Menakjubkan bukan ?

4. Gunakan kata positif.
Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negative. Contohnya adalah sebagai berikut, perhatikan kalimat saya berikut ini :
“Bapak – ibu guru sekalian. Saya minta Anda untuk jangan pernah sekali-kali membayangkan kelinci memakai topi. Saya ulangi lagi bahwa Anda tidak diperkenankan sama sekali untuk membayangkan kelinci memakai topi. Karena Anda saat ini benar-benar dilarang keras untuk membayangkan kelinci memakai topi. Sekali lagi saya ingatkan jangan pernah mencoba untuk membayangkan kelinci memakai topi”.
Apa yang terjadi ? Apakah Anda malah sempat membayangkan kelinci yang memakai topi ? Padahal saya telah bilang jangan pernah, tidak diperkenankan, dilarang keras, dan jangan pernah mencoba. Namun yang terjadi adalah Anda semakin membayangkan.
Jika Anda ingin lebih membuktikan hal ini, bacakan kalimat tersebut pada rekan kerja Anda, atau pada siswa Anda. Saya yakin akan banyak sekali yang tertawa terbahak-bahak, karena terbayang betapa lucunya kelinci memakai topi.

Itulah yang terjadi pada pikiran bawah sadar manusia, yaitu tidak menerima kata negative. Jika ada kata negative, maka yang diterima adalah kata dibelakang kata negative tersebut. Sedangkan kata negative-nya diabaikan. Misalnya kalimat “jangan ramai”, maka yang ditangkap adalah “ramai”. Maka yang terjadi siswa Anda malah ramai.
Anda bisa lakukan percobaan kecil pada anak yang berusia dibawah 5 tahun. Karena pada usia ini pikiran sadarnya belum terbentuk sempurna. Sehingga masih didominasi oleh pikiran bawah sadar. Ketika anak usia dibawah 5 tahun menangis, coba katakan “jangan nangis”, maka yang terjadi adalah ia menangis semakin keras.
Dalam hal ini, sebaiknya cari padanan kata yang positif. Misalnya “jangan ramai” diganti “tenang” atau “diam”.
Saya yakin Anda, sebagai guru pasti lebih kreatif dalam memilih padanan kata daripada saya.

5. Berikan pujian.
Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada siswa Anda. Khususnya ketika ia berhasil melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap berikan pujian. Termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya.

Dalam memberikan pujian, hindari pula kata penghubung negative. Misalnya : tapi, namun, cuma saja, dan lain sebagainya. Karena penggunaan kata-kata tersebut akan membuat pujian Anda sia-sia dan terkesan mengolok-olok.
Contohnya kalimat seperti ini :
“Adi, kamu itu anak yang pandai, ibu / bapak seneng sekali punya murid seperti kamu. Tapi sayangnya kamu kurang memperhatikan kerapian pakaianmu”.
Bayangkan jika anda sendiri dipuji orang dengan kalimat seperti itu. Pernahkah Anda dipuji dengan kalimat seperti itu ? Saya yakin pernah. Coba Anda ingat dan rasakan kembali pada saat anda dipuji dengan kalimat seperti itu. Dapatkah Anda rasakan seakan-akan Anda merasa bangga ketika awal kalimat itu diucapkan. Dan kemudian seakan-akan ada perisai besar dan tebal menyelimuti diri Anda, ketika kata “tapi” diucapkan ? Coba bayangkan kembali.
Jika pujian digabungkan dengan kritik atau saran, maka yang lebih tertangkap adalah bentuk penyerangan pada harga diri orang yang di puji. Bukannya meningkatkan harga diri, malah menjatuhkan. Memang ini adalah hal yang sepele dan sering terjadi. Namun efeknya sangat besar dalam system psikologis seseorang.

Cara untuk menghindari kata penghubung negative adalah dengan menghilangkan kata penghubung tersebut. Misalnya “Kamu sebetulnya adalah siswa yang pandai, sangat membanggakan. Akan lebih membanggakan lagi kalau kamu lebih memperhatikan kerapian penampilanmu”. Dengan demikian perisai pelindung harga diri belum sempat keluar, namun sudah keburu pesan perbaikan (kritik) masuk dalam program bawah sadarnya.

6. Modeling.
Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah siswa menjadi nyaman dengan Anda, kemudian dapat Anda arahkan sesuai yang Anda inginkan, dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada Anda dimantapkan dengan perilaku Anda yang konsisten dengan ucapan dan ajaran Anda. Sehingga Anda selalu menjadi figure yang dipercaya.

Sangat mudah bukan. Metode ini sangat dahsyat jika Anda terapkan pada siswa Anda. Atau jika Anda berkenan, Anda juga dapat menerapkannya pada rekan kerja Anda, istri/suami Anda, putra-putri Anda, orang tua Anda, tetangga Anda.
Sekali lagi saya ingatkan, bahwa metode ini sangat dahsyat mempengaruhi pikiran lawan bicara Anda. Terlebih jika Anda selalu melatihnya setiap saat. Namun jika artikel ini hanya Anda maknai hanya sebagai pengetahuan, maka Anda akan mendapatkan sebuah wacana yang luar biasa.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat mencoba metode terdahsyat masa ini. Metode yang dapat membuat siswa Anda menjadi senang bersekolah, dan menjadi insan cerdas yang luar biasa.

Sunday, March 21, 2010

Tips dan Triks merawat peralatan Dapur dan Rumah Tangga




1. Agar talenan yang terbuat dari kayu bertahan lama dan bebas dari sisa potongan sayur/daging, oleskan dengan beberapa tetes minyak.
2. Untuk mencegah peralatan baru Anda yang terbuat dari kayu bebas dari bau makanan, rendamlah semalam sebelum digunakan dengan air yang telah diberi cuka putih.
3. Saringan yang terbuat dari metal akan cepat kering dengan cara memanaskannya ke dalam oven selama 2 menit. Gunakan sarung tangan untuk mengambilnya.
4. Gunting dapur yang tumpul akan tajam kembali dengan acara menggunting-gunting amplas.
5. Rebus air yang sudah dibubuhi cuka hingga mendidih di penggorengan yang baru sebelum digunakan. Hal ini mencegah makanan menjadi lengket saat digoreng.
6. Untuk mengecek timbangan akurat atau tidak, timbanglah beberapa jenis macam barang yang sudah pasti beratnya. Pilih barang yang sudah dipak seperti margarin, keju, dan lainnya. Umumnya, di kemasan tertera dengan jelas, berat bersih barang tadi.
7. Bersihkan peralatan makan yang terbuat dari plastik dengan merendamnya di dalam air yang dicampur baking soda selama 10 menit. Setelah itu, bilas dengan air bersih.
8. Untuk membersihkan peralatan dapur yang terbuat dari aluminium yang telah menjadi hitam, rebuslah + liter air yang matang, campur dengan 2 sendok krim tartar. Rebus selama 10 menit lalu gosok.
9. Taburkan tepung di atas tumpahan minyak atau lemak lalu gosok. Minyak atau lemak akan mudah lepas dan hilang. Tepung dapat meresap minyak dan mencegah pula menjalar ke tempat lain. Tapi ingat, jangan coba membersihkan dengan serbet kertas atau kain.
10. Untuk membersihkan parutan sehabis memarut keju, parutlah kentang yang masih mentah. Semua keju yang tersisa di lubang-lubang parutan akan terbawa.
11. Untuk membersihkan perabot dari plastik yang ternoda, rendam di dalam satu galon air hangat yang telah dicampur 1 mangkuk kecil pemutih. Biarkan selama 20 menit, setelah itu ambil dan cucilah dengan bersih. Terakhir, cuci seperti biasa dengan menggunakan sabun pencuci piring dan air hangat.
12. Jika Anda membuat adonan kue dan lengket di tongkat mixer yang melingkar, simpan selama beberapa menit di lemari es. Adonan pun tak akan menempel lagi.
13. Bila dasar panci atau wajan anti lengket ada kerak hitam, gunakan citrun (bahan tambahan untuk membuat cocktail) untuk membersihkan. Caranya, masak air yang telah diberi citrun dan rendam bersama alat dapur yang gosong tersebut. Setelah itu, cuci dengan sabun seperti biasa untuk mengeluarkan kerak hitam, sehingga alat masak akan kembali bersih.
14. Jika makanan yang kita masak gosong dan mengendap di penggorengan, tuang air panas ke dalam penggorengan. Jangan lupa masukkan sejumput garam ke dalamnya, lalu masak air hingga mendidih. Dengan cara ini, bekas masakan yang menempel akan lebih mudah dibersihkan saat Anda mencuci penggorengan tersebut.
15. Agar kentang yang sudah dimasak tidak menempel di parutan saat diparut, sebaiknya oleskan minyak terlebih dahulu di parutan.
16.

Serba-Serbi Talenan

1. Gunakanlah selalu talenan yang terbuat dari kayu sehingga tidak menjadikan pisau tumpul.
2. Sedapat mungkin hindari talenan plastik. Gesekan/irisan pisau dapat membuat lapisan plastik
terkelupas dan serpihannya terbawa dalam sayuran/daging.
3. Sebaiknya miliki dua talenan. Satu untuk sayur-mayur/bumbu dapur, lainnya untuk daging.
Masalahnya, daging yang kurang segar banyak mengandung bakteri

Serba-Serbi Oven

1. Untuk menghemat listrik atau energi dan agar hasil panggangan maksimal, jangan bolak-balik
membuka-tutup pintu oven. Cukup longok dari jendela oven. Asal tahu saja, setiap kali membuka pintu oven, temperatur akan turun sebesar 25 derajat C.
2. Untuk membersihkan oven, gunakan sodium bikarbonat yang telah dicampur air. Gosokkan pada dinding serta dasar oven lalu nyalakan oven tersebut dengan panas rendah selama 30 menit. Sisa-sisa makanan yang menempel menjadi kering dan lebih mudah dibersihkan.

dari pengalaman penulis dan berbagai sumber

Tenaga Pengajar Bijaksana




Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu, bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.


Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.


Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).


Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.


Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.


Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.


Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.


Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.


Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:

1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh.
3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)


Jenis-jenis motivasi
1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)


Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.


2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.


3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.


4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.


5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.


6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.


7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.


8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.


9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.


10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.


Sumber Bacaan:
Goleman, Daniel, Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Saturday, March 20, 2010

Makan Gado-gado Pake NLP ????







Wah, gimana sih tuh tukang gado-gado. Aku bilang pedes kok malah manis begini.

Emang kamu tadi bilang ke dia berapa cabe-nya?

Ya kubilang aja, pedes gitu.

Nah, makanya, lain kali bilang berapa kamu mau dia kasih cabe. Siapa tahu menurut dia itu udah puedes buanget. Jadinya memang nggak kepikir untuk nambahin lagi.

Iya juga yah.



Beberapa kali saya mengalami obrolan seperti di atas. Mulai dari soal kurang pedas hingga terlalu pedas. Dari kurang manis hingga kemanisan. Dari kurang asin hingga keasinan. Kebetulan siang tadi saya makan gado-gado, ide untuk menulis aplikasi NLP dalam makan gado-gado pun muncul dan meminta segera ditulis.

Aneh-aneh aja kamu. Makan gado-gado kok pake NLP segala.

Yah, daripada menggerutu pas makan. Mendingan kita gunakan deh ilmu berharga ini. Jadi setiap detik dalam hidup ini dipenuhi dengan rasa syukur. Tul, kan?

Sama dengan rekan saya yang mengeluh tadi, saya pun beberapa kali mengalami kejadian yang mirip. Umumnya sih karena kurang pedas. Sebab sejak menjalin hubungan intens dengan mantan pacar saya, rupanya kemampuan pacing dalam hal asmara menyebar menjadi pacing dalam hal selera. Saya yang tadinya bergidik saat melihat makanan rekan saya yang begitu merah karena banyaknya sambal, sekarang jadi kurang sreg kalau belum pedas. Hehehe…

Nah, usut punya usut, saya pun menyadari bahwa kejadian kurang pedas memang bukan sepenuhnya kesalahan sang penjual. Apalagi setelah belajar salah satu materi dalam NLP yang bernama Meta Model. Ah, kalau Anda awam dengan istilah ini, maka gunakan saja istilah precise language. Ya, dalam NLP terdapat sebuah pelajaran yang luar biasa, yakni membiasakan diri untuk menggunakan bahasa secara presisi alias spesifik. Sebab the map is not the territory, dan people respond to their internal map, maka penjual gado-gado pastilah akan menentukan standar sendiri tentang apa yang disebut pedas dan tidak pedas. Kalau dia orang Jawa, jelas berbeda standar dengan orang Minang. Walah, bukan beda lagi ini mah, beda jauuuuh.

Maka dari itulah NLP kemudian mengajarkan para praktisinya untuk senantiasa waspada dengan kondisi perbedaan map ini. Nah, salah satu caranya adalah dengan melakukan klarifikasi terhadap setiap hal yang kita atau orang lain ungkapkan, sehingga setidaknya kita memiliki kemiripan map, sekalipun tidak bisa sama persis. Inilah yang dinamakan dengan precise language tadi, yang sudah saya bahas cukup panjang secara berseri. Silakan mulai dari SINI.

Singkat cerita, itulah sebabnya dalam kisah di atas saya menanyakan pada kawan saya tentang berapa jumlah cabe yang ia minta. Ya, sebab ukuran pedas bagi sang kawan dalam konteks tadi jelas berbeda dengan sang penjual. Maka saya selalu mengatakan pada penjual gado-gado langganan saya begini, ”Bang, gado-gado 1, pedes, cabenya 5, cobeknya cuci dulu ya.”

Apakah pasti pas? Ya tetap saja belum tentu, sebab bisa jadi cabe yang ia bawa hari itu memang sedang berbeda rasa dengan yang biasanya. Tapi setidaknya standar pedas saya tidak akan terlalu jauh lah.

Terus, kalau ternyata nggak pas juga, gimana?

Kan ada pelajaran NLP yang lain. Misalnya, yang rada-rada berbau Design Human Engineering. Kalau ternyata rasanya kurang pedas, sehingga rasa manis lebih dominan, maka saya dengan sengaja menurunkan kepekaan indera pengecap saya, sehingga rasa manis itu tidak membuat saya eneg dan malas makan.

Wah, gimana caranya tuh?

Gampang kok. Cukup konsentrasi sejenak. Pejam mata boleh, tidak juga OK. Yang mana yang membuat Anda bisa fokus ke dalam diri Anda, sekarang. Nah, sementara fokus itu semakin dalam, Anda boleh meminta kepada pikiran bawah sadar Anda, atau apapun di dalam diri Anda, yang bertanggung jawab pada berbagai mekanisme perasa. Mintalah ia untuk konek secara langsung dengan pusat pencecapan Anda.

Sudah?

Bagus.

Nah, sambil koneksi tersebut berlangsung, Anda dapat memikirkan sedang mengatur sebuah toolbar, atau sebuah pengendali, semacam tombol yang bisa dinaik-turunkan. Sekarang, pikirkan secara penuh, kepekaan pencecapan Anda turun, perlahan-lahan, bersamaan dengan tangan Anda yang menurunkan tombol tersebut, sampai pada titik yang Anda inginkan.

Tentu Anda merasakan sesuatu pada indra pencecapan Anda. Biarkan saja, sebab ia sedang berproses. Berterima kasihlah, dan katakan padanya bahwa Anda bahwa ia boleh mengembalikan kepekaan tersebut seperti sedia kala setelah Anda selesai makan.

Jika sudah selesai, Anda boleh mengembalikan kesadaran Anda. Dan saat Anda sudah siap, silakan menikmati makanan Anda. Sekarang barangkali cara ini agak membutuhkan waktu, namun jika sudah terbiasa Anda akan dapat melakukannya dengan cepat. Hal yang sebaliknya bisa Anda lakukan jika Anda justru ingin menaikkan kepekaan indra pencecapan Anda, sehingga rasa makanan tersebut lebih tasty.

Omong-omong, kalau aku sih, kalau rasanya nggak pas ya nggak usah dimakan.

Nah, itu dia. Kan jadi mubadzir. Padahal, bisa jadi keberkahan makanan kita terletak di suapan terakhir, begitu kata Nabi. Maka tentu amat disayangkan kalau kita tidak menghabiskan makanan, yang jelas-jelas sudah kita pesan, hanya karena rasanya kurang pas, bukan?

Betul juga ya.

Selamat menikmati

sumber http://indonesianlpsociety.org

Apa Sih NLP Itu?




Demikian pertanyaan yang masih sering saya dengar dari teman-teman yang membaca artikel saya, melihat buku di tangan saya, mendengar cerita tentang saya, ataupun menerima kartu nama saya. Sebuah pertanyaan yang mendasar, sebab nama ilmu yang ‘aneh’ ini memang seringkali membuat para pendengarnya bertanya-tanya apa sebenarnya makhluk bernama NLP ini.

Well, sudah sejak beberapa lama saya sering menggunakan sebuah latihan sederhana yang akan saya ceritakan sebentar lagi untuk menjelaskan NLP. Bersiap-siaplah!

Meskipun latihan ini bisa dilakukan dengan mata terbuka, namun bagi beberapa orang menutup mata akan memberikan hasil yang lebih mengesankan.

OK, dengan membuka atau menutup mata, sekarang, dengarkan kalimat berikut ini diucapkan dari kedua telinga Anda, “Anda adalah orang paling baik yang pernah saya kenal.”

Sudah? Ulangi hingga 3 kali.

Nah, apa gambaran atau perasaan yang muncul dalam diri Anda demi mendengar kalimat tersebut?

OK, mari kita lanjutkan. Membuka atau menutup mata, sekarang, dengarkan kalimat, “Saya adalah orang paliiiiiiiiiing bahagia di dunia ini.”

Ho ho, apa lagi yang muncul kali ini?

Hmm…bagaimana dengan kata-kata ini, “Rasakan makanan termanis yang pernah Anda rasakan.”

Ups, maaf, kalau kalimat terakhir ini membuat air liur Anda menetes.

Sebuah pengalaman yang umum, bukan? Hanya sebuah kalimat sederhana, ternyata, tidak bisa tidak, pasti memicu respon dalam pikiran-perasaan-tubuh Anda tanpa bisa dilawan. Tidak percaya? Teruslah membaca artikel ini, dan tandai apakah Anda bisa tidak memunculkan respon apapun.

Ah, agak sulit ya? Cobalah lebih keras. Saya tahu Anda bisa.

Nah, dari latihan sederhana ini saya biasanya melanjutkan ke pembahasan tentang definisi NLP ditilik dari kepanjangannya, Neuro-Linguistic Programming. Ya, kata neuro dan linguistic memang disambungkan dengan “-“ dengan maksud tertentu. Apa kah itu? Sebentar lagi ya.

Secara harfiah dan mudahnya, NLP dapat diterjemahkan sebagai melakukan pemrograman neuro (saraf) menggunakan keahlian berbahasa (linguistik). Menjadi nyambung dengan latihan yang baru saja kita lalui, sebab memang latihan tersebut dirancang untuk menghasilkan fenomena NLP ini. Bagaimana tidak? Anda hanya membaca kalimat sederhana, dan respon tertentu muncul. Nah, respon itu sebenarnya apa sih? Ya susuran saraf.

Loh, kok?

Ya, karena baik respon itu berupa gambaran, suara, atau perasaan, ia hakikatnya terbentuk akibat adanya susunan saraf tertentu di dalam tubuh kita. Bagi mereka yang belum yakin, saya seringkali menanyakan, “Jika saya belah kepala Anda dan berusaha mencari gambaran yang muncul karena mendengar kalimat saya, kira-kira di bagian mana ya saya akan menemukannya?”

Meskipun saya bukan ahli anatomi, saya amat yakin bahwa saya tidak akan pernah menemukannya, selain bahwa ia hanyalah output dari susunan saraf tertentu yang berjalin kelindan dengan begitu indahnya.

Di titik inilah, biasanya teman-teman saya mulai menemukan titik terang akan makna neuro-linguistic, plus mengapa keduanya dihubungkan dengan “-“. Sebab memang terdapat hubungan istimewa antara saraf dengan kata-kata, sebuah hubungan yang begitu erat sehingga tidak satu pun kata yang tidak memunculkan respon pada saraf, kecuali kata tersebut begitu teramat sangat asing bagi si pendengar. Sebuah kejadian yang teramat sangat langka, bukan?

Lalu, bagaimana dengan ‘programming’? Sederhana saja. Jalinan saraf yang terbentuk, begitu ia semakin kompleks, maka ia menjadi semacam program layaknya sebuah program komputer. Bahkan, kalau dipikir-pikir, para ahli bisa menemukan program komputer seperti juga karena menggunakan logika yang sama dengan pikiran manusia. Mereka barangkali hanya belum menyadarinya.

Program-program inilah yang dalam berbagai bentuknya kemudian menjadi yang dinamakan sebagai behavior (perilaku), capability (kemampuan), belief (keyakinan), value (nilai-nilai), dst. Dalam bahasa lain, berbagai hal tersebut sering juga disebut dengan mindset.

Nah, metafora program ini menjadi menarik, karena ia memiliki asumsi bahwa sebuah program tentu dapat diinstal, diuninstal, dikode ulang, dan direinstal. Asumsii ini lah yang kemudian menjadi pendukung berbagai asumsi lain dalam NLP yang mengajarkan kita untuk bisa menjadi tuan bagi diri kita sendiri. Dengan kata lain, berbagai perilaku, kemampuan, keyakinan, nilai-nilai, dll yang kita miliki bisa kita ubah sesuai dengan manfaat yang diberikannya kepada kita. Ketika, misalnya, sebuah keyakinan sudah kadaluarsa, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tetap mempertahankannya. Ketika kita membutuhkan kemampuan baru, maka tidak ada alasan untuk tidak segera menginstal kemampuan yang baru. Dan seterusnya.

Demikianlah, maka mempelajari NLP akan membuat kita sadar betul mengapa kita menjadi seperti sekarang, dan bagaimana kita bisa menjadi seperti apa yang kita inginkan. Telusurilah kata-kata yang pernah diinstal ke dalam pikiran-perasaan Anda, dan dengan mudah ia akan membukakan fakta blueprint dari model dunia Anda saat ini. Sementara itu, menjadi lebih mudah bagi Anda dan saya untuk menjadi tuan bagi diri sendiri, yakni dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan respon yang kita inginkan. Maka berhati-hatilah dalam berkata-kata, sebab ia akan menjadi program dalam pikiran-perasaan Anda.

sumber http://indonesianlpsociety.org

Saturday, March 13, 2010

Mendidik Anak Tanpa Kekerasan



Seringkali orangtua menanyakan ke saya “Anak saya ini kalau diomongin susah nurutnya, bagaimana sih caranya agar anak nurut dengan orangtua ? Apa musti dipukul dulu baru nurut ? ” Mendengar pertanyaan ini, seringkali saya jawab dengan singkat “Kenapa musti harus dengan kekerasan ? “. Dan seringkali saya menceritakan kisah di bawah ini agar mereka mengerti apa maksudnya Mendidik Anak Tanpa Kekerasan.
Pada suatu hari Dr. Arun Gandhi, cucu Mahatma Gandhi, memberi ceramah di Universitas Puerto Rico. Ia menceritakan suatu kisah dalam hidupnya :
Waktu itu saya masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orangtua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakek saya, ditengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan. Kami tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tak heran bila saya dan dua saudara perempuan saya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.
Pada suatu saat, ayah meminta saya untuk mengantarkan beliau ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan, saya sangat gembira dengan kesempatan itu. Tahu bahwa saya akan pergi ke kota, ibu memberikan daftar belanjaan yang ia perlukan. Selain itu, ayah juga meminta saya mengerjakan beberapa pekerjaan tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.
Pagi itu setiba di tempat konferensi, ayah berkata,”Ayah tunggu kau di sini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.”
Segera saja saya menyelesaikan pekerja-pekerjaan yang diberikan oleh ayah dan ibu. Kemudian, saya pergi ke bioskop. Wah, saya benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjuk pukul 17.30, langsung saya berlari menuju bengkel mobil dan buru-buru menjemput ayah yang sudah menunggu saya. Saat itu sudah hampir pukul 18.00 !!!
Dengan gelisah ayah menanyai saya,”Kenapa kau terlambat ?” Saya sangat malu untuk mengakui bahwa saya menonton bioskop sehingga saya menjawab, ”Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu.”
Padahal, ternyata tanpa sepengetahuan saya, ayah telah menelepon bengkel mobil itu. Dan ayah tahu kalau saya berbohong. Lalu ayah berkata, ”Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan engkau sehingga engkau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran pada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarkanlah ayah pulang berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.”
Lalu dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, ayah mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap dan jalanan sama sekali tidak rata. Saya tidak bisa meninggalkan ayah, maka selama lima setengah jam, saya mengendarai mobil pelan-pelan di belakang beliau, melihat penderitaan yang dialami beliau hanya karena kebohongan bodoh yang saya lakukan.
Sejak itu saya tidak pernah berbohong lagi. Seringkali saya berpikir mengenai kejadian ini dan merasa heran. Seandainya ayah menghukum saya, sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapat sebuah pelajaran mengenai mendidik tanpa kekerasan ? Kemungkinan saya akan menderita atas hukuman itu, menyadarinya sedikit dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru terasa kemarin. Itulah kekuatan bertindak tanpa kekerasan.
Ketika kita berhasil menancapkan suatu pesan yang sangat kuat di bawah sadar seorang anak maka informasi itu akan langsung mempengaruhi perilakunya. Itulah salah satu bentuk hypnosis yang sangat kuat. Apakah hal sebaliknya bisa terjadi ? Ya bisa saja ! Oleh karena itu kita perlu keyakinan penuh dalam melakukannya sehingga hasil positif yang kita inginkan pasti tercapai. Hal ini memerlukan pemikiran yang mendalam dan kesadaran diri yang kuat dan terlatih. Janganlah bertindak karena reaksi spontan belaka dan kemudian menyesal setelah melakukannya.
Jika kita mau berpikir sedikit ke belakang ke masa di mana anak-anak kita masih kecil sekali maka di masa itulah semua ”bibit” perilaku dan sikap ditanamkan. ”Bibit” perilaku dan sikap inilah yang kelak akan mewarnai kehidupan remaja dan dewasanya. Siapakah yang menanamkan ”bibit” perilaku dan sikap itu untuk pertama kalinya ? Ya anda pasti sudah tahu jawabnya, kitalah orangtua yang menanamkan segala macam ”bibit” perilaku dan sikap itu.
Bagaimana jika sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan pengasuhnya ( baby sitter ). Ya berdoalah semoga pengasuh anak anda mempunyai pemikiran bijaksana dan bisa mempengaruhi anak anda secara positif. Berharaplah pengasuh anak (baby sitter) anda mengerti cara kerja pikiran dan mengerti bagaimana bersikap, berucap dan bertindak dengan baik agar anak anda memperoleh ”bibit” sikap dan perilaku yang baik.
Seseorang bisa menjadi baik atau buruk pasti karena sesuatu ”sebab”. Perilaku, ucapan sikap, dan pikiran yang baik atau buruk hanyalah suatu rentetan ”akibat” dari suatu ”sebab” yang telah ditanamkan terlebih dahulu. Mungkinkah terjadi ”akibat” tanpa ”sebab” ? Mungkinkah anak kita berbohong tanpa sebab, mungkinkah anak kita ”nakal” tanpa sebab, mungkinkah anak kita rewel tanpa sebab ? Sebagai orangtua kita wajib mencari tahu apa penyebabnya. Tidaklah pantas sebagai orangtua kita langsung bereaksi spontan begitu saja tanpa memikirkan apa yang baru saja kita perbuat. Bukankah ini akan memberi contoh baru bagi anak kita tentang bagaimana bertindak dan bersikap ?
Sewaktu kita mempunyai anak maka kita menjadi orangtua, tetapi kita tidak pernah punya pengalaman menjadi orangtua. Kita mempunyai pengalaman menjadi anak. Jadi kita harus mendidik diri kita sendiri dengan belajar dari anak-anak. Bukan belajar dari apa yang dilakukan orangtua pada kita. Ingatlah perasaan sewaktu kita masih menjadi anak-anak. Amati mereka dan tanggapilah dengan penuh perhatian apa yang mereka inginkan. Pengharapan, perlakuan dan pengakuan seperti apa yang kita inginkan dari orangtua yang tidak pernah terpenuhi ?
Perlakukan anak-anak seperti kita ingin diperlakukan ! Jangan perlakukan anak-anak seperti apa yang dilakukan orangtua pada kita.
Dipetik dari Ariesandi dan Sukarto

Friday, March 5, 2010

si putih gurih sedap




Siapa yang suka menyantap makanan eropa pasti tidak asing dengan MAYONAISE atau kalau dalam dunia kuliner termasuk dalam golongan saus putih(saus dasar).
berikut yang mudah mudahan membantu para pecinta penyantap makanan eropa untuk bisa membuat saus berwarna putih tersebut.
Mayonaise seringkali digunakan untuk campuran salad, sandwich, burger, atau pasta. Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah website menarik yang membahas tentang converting eggs into mayonaise. Menarik juga untuk dibahas karena diperlukan pengetahuan dasar mengenai kimia makanan.

Mayonaise merupakan emulsi minyak nabati dalam jeruk lemon yang distabilkan oleh lesitin (semacam lemak) dari kuning telur. Rasa minyak nabati dalam mayonaise tidak terasa meskipun mayonaise terbuat dari sebagian besar minyak nabati. Hal ini dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh mikromolekul dari jus lemon. Prinsipnya bukan mengemulsikan sejumlah jus lemon ke dalam minyak yang banyak melainkan mengemulsikan sejumlah besar minyak dalam sebagian kecil jus lemon.

Rahasia membuat mayonaise terletak pada pemisahan bahan penyusunnya menjadi emulsi. Perbandingan yang tepat bahan-bahan penyusunnya akan mempengaruhi hasil. Berapapun banyaknya telur dan jus lemon yang dikocok, keduanya akan memisah. Untuk mengikatnya diperlukan lesitin dari kuning telur sebagai penstabil. Kuning telur berfungsi melarutkan seperti deterjen yang melarutkan minyak dan jus lemon.

Untuk membuat mayonaise dibutuhkan bahan-bahan sebaga berikut :

4 butir kuning telur

6 sdt jus lemon kemasan

3 cup (750 cc) minyak kedelai atau minyak sayur (1cup = 250 cc)

2 sdt bubuk bawang putih

1 sdt garam

1 sdt gula

penjelasan bahan :

# jus lemon yang digunakan harus jus lemon kemasan (konsentrasinya tetap), jus lemon segar konsentrasinya tidak stabil, bisa rendah atau tinggi.

# telur yang digunakan hanya kuningnya saja. Putih telur akan mengganggu proses pembentukan mayonaise. Anda bisa bandingkan jika putih telur ditambahkan maka mayonaise tidak mau bekerja.

# Perbandingan minyak dengan jus lemon harus tepat sesuai resep

# Penggunaan jus lemon untuk “memasak” kuning telur yang mentah, dengan cara mematikan bakteri dalam telur mentah. Bakteri cenderung tidak tahan terhadap asam

Proses membuat :

1. campur telur dan jus lemon dalam botol jam (selai) dengan kecepatan tinggi sampai berbusa. Kocok 3-5 menit

2. Masukkan minyak sebanyak satu sendok teh, mixer dengan kecepatan rendah, sampai minyak berubah menjadi emulsi

3. Lakukan terus sampai minyak habis

Ingat prinsipnya adalah mengemulsi sebagian minyak dalam sebagian kecil jus bukan sebaliknya. Oleh karena itu minyak dimasukkan sedikit demi sedikit sampai seluruhnya terbentuk emulsi. Jika ingin menambahkan bahan lain sebagai perasa, masukkan dalam bentuk bubuk, jangan cairan. Cairan menurunkan volume mayonaise, mayonaise akan mengempis. Banyak orang melakukan kesalahan ini yaitu menambahkan kocokan putih telur di akhir proses. Hal ini akan mengakibatkan mayonaise mengempis. Jika telah selesai menambahkan bahan-bahan bubuk, diamkan mayonaise agar terbentuk emulsi sempurna. Tutup mayonaise dan simpan di lemari es..dan selamat mencoba....